PANGAN adalah kebutuhan pokok manusia meski kadang dilupakan saat kita mulai cukup uang untuk membeli kebutuhan lainnya yang relatif lebih mahal. Kebutuhan sekunder bahkan tersier. Belanja kebutuhan pangan seakan bagian tak terlalu penting untuk dibahas. Tentu itu bagi mereka yang berpenghasilan cukup bahkan mungkin lebih dari cukup. Namun ada kalanya tiba-tiba muncul ancaman hilangnya pasokan produk pangan tertentu yang mengejutkan. Jika ada gejolak pangan tentu akan merepotkan banyak pihak. Inflasi bisa membumbung jika harga pangan tak terkendali.
Suplai melayani permintaan. Para produsen menghasilkan produk karena ada permintaan pasar. Dan permintaan pasar akan bahan pokok atau pangan tak pernah berhenti seiring bertambahnya penduduk bumi yang kini sudah mendekati 8 Milyar jiwa.
Untuk Indonesia kita ambil saja ilustrasi kebutuhan beras, unggas dan daging hingga tahun 2025. Permintaan beras diproyeksikan meningkat menjadi 127,09 kilogram per kapita pada 2025. Proyeksi konsumsi unggas menunjukkan peningkatan tertinggi dibandingkan dengan produk hewani lainnya, yaitu 22,1% pada tahun 2025 menjadi 9,13 kilogram per kapita per tahun.
Sedangkan pada proyeksi konsumsi daging sapi meningkat sebesar 10,3% menjadi 2,79 kilogram per kapita per tahun pada tahun 2025. Proyeksi konsumsi ikan meningkat sebesar 11% menjadi 29,09 kilogram per kapita per tahun pada tahun 2025. Semua prediksi itu tinggal dikalikan dengan jumlah penduduk kita yang kini sekira 270 juta jiwa.
Bagaimana mengatasi seluruh kebutuhan itu? Salah satu jawabannya adalah sains dan teknologi. Evolusi teknologi di semua industri termasuk rantai pasokan makanan mendorong batas-batas digitalisasi dan telah mengubah kehidupan kita sehari-hari di semua aspek. Cara kita memproduksi komoditas pangan berubah. Data kebutuhan pangan relatif tersedia lebih rinci. Prediksi kebutuhan itulah yang menentukan produsen untuk menghasilkan produk atau mengolah komoditas yang dibutuhkan pasar.
Dengan teknologi kita lebih cepat melakukan pemetaan masalah. Jika beras mahal atau langka, kita dapat menelisik dimana penyebabnya. Apakah petani sebagai produsen gabah yang mengalami gagal panen, pasokan yang terhambat karena transportasi terganggu, penimbunan oleh pihak tertentu, atau oleh sebab lain. Semuanya terjalin dalam satu rantai pasok atau supply chain.
Rantai pasok atau rantai suplai adalah sebuah sistem rangkaian kegiatan yang meliputi koordinasi, penjadwalan dan pengendalian yang terdiri atas organisasi, sumber daya manusia, aktivitas, informasi, dan sumber-sumber daya lainnya terhadap pengadaan, produksi, persediaan dan pengiriman produk ataupun layanan jasa dari suatu pemasok kepada pelanggan.
Badan usaha yang melaksanakan fungsi suplai pada umumnya terdiri dari manufaktur, penyedia layanan jasa, distributor, dan saluran penjualan pedagang eceran, ecommerce, dan pelanggan sebagai pengguna akhir. Dalam rantai pasok pangan produsennya bisa petani atau manufaktur. Makanan pokok seperti beras tak jarang sudah dikemas dan dilabeli dengan brand tertentu. Industri makanan dan minuman sebagaian besar dikuasai manufaktur, sisanya disuplai oleh industri rumahan.
Aktivitas rantai pasok (rantai nilai dan proses siklus hidup) mengubah bahan baku dan bahan pendukung menjadi sebuah barang jadi yang dapat dikirimkan kepada pelanggan pengguna akhir. Rantai pasok menghubungkan rantai nilai.
Dengan semua revolusi yang bergerak cepat, teknologi mengubah setiap aspek kehidupan kita, terus berupaya untuk membuatnya lebih mudah, lebih cepat, lebih baik, dan lebih menyenangkan.
Kemajuan teknologi dalam industri logistik dan rantai pasokan tidak ketinggalan ikut berkompetisi. Industri transportasi dan logistik secara tradisional ditentukan oleh truk dan infrastruktur, tetapi selama beberapa tahun terakhir, teknologi mulai mengubah cara berbisnis.
Karena kemajuan teknologi, rantai pasokan menjadi lebih transparan dari sebelumnya, dan bisnis telah terhubung secara digital termasuk hingga ke tingkat pengguna akhir. Dari robotika di gudang hingga pengiriman dan pelacakan terkomputerisasi, teknologi telah mengubah industri menjadi lebih baik dan telah memberikan tingkat visibilitas baru.
Tidak seperti industri lainnya, rantai pasokan makanan dan minuman memiliki peran unik dalam pertumbuhan ekonomi karena bersifat universal bagi kehidupan dan kesehatan manusia. Industri makanan dan minuman adalah industri multi-miliar dolar serba cepat yang didorong secara berlebihan oleh populasi manusia.
Menurut Perserikatan Bangsa-Bangsa, produksi pangan perlu tumbuh sebanyak 70% dari tahun 2010 hingga 2050 untuk memenuhi kebutuhan 9,7 miliar orang pada akhir tahun 2050.
Pertumbuhan industri makanan dan minuman ini disertai dengan berbagai tantangan yang didorong dengan mengubah tren global. Globalisasi, keamanan, regulasi, efisiensi, dan refrigeran kini menjadi variabel utama dalam manajemen rantai pasokan makanan.
Teknologi baru dan yang sedang berkembang memperkenalkan cara yang lebih cepat, lebih aman, dan lebih cerdas untuk merancang, mengoptimalkan, dan mengelola rantai pasokan makanan.
Terkait tuntutan untuk keamanan pangan kita harus memastikan kualitas pangan dan ketahanan pangan adalah persyaratan utama konsumen dalam hal rantai pasokan makanan dan minuman. Memastikan kualitas membutuhkan lebih dari sekadar memuat barang ke dalam wadah berpendingin, menyesuaikan pengaturan suhu dan memuatnya ke kapal kontainer.
Visibilitas ujung ke ujung ke dalam rantai pasokan global mutlak diperlukan untuk memastikan bahwa produk tidak mengalami penurunan kualitas selama seluruh perjalanan. Bahkan satu area kelemahan dalam rantai pasokan global dapat membahayakan keamanan pangan yang mengakibatkan kerusakan merek dan reputasi yang signifikan bagi pemasok.
Selain itu, ketahanan pangan dalam rantai pasokan sangat penting karena produk yang diperdagangkan dikonsumsi oleh manusia yang dapat menimbulkan ancaman signifikan bagi kehidupan manusia. Keamanan menjadi lebih penting karena perusahaan harus mematuhi aturan dan regulasi yang muncul.
Memastikan kepatuhan terhadap peraturan dan mencegah produk makanan yang terkontaminasi yang menghasilkan limbah dan penarikan kembali merupakan tantangan yang tidak dapat dihindari bagi rantai pasokan makanan dan minuman dan akan menjadi prioritas utama untuk mengupayakan kemajuan teknologi.