Penetapan Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar sebagai Bacawapres yang akan mendampingi Anies Baswedan langsung ditanggapi keras oleh Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas. Memang belum jelas siapa yang ia maksud. Namun, melihat rekam jejak dari tiga nama Bacapres-Bacawapres baru pasangan Anies dan Cak Imin yang sudah mendeklarasikan diri.
Peringatan Menag Yaqut sepertinya tidak main-main. Itu disampaikan secara terbuka dan juga dimuat di website resmi Kementerian Agama yang dipimpinnya.
“Kita lihat calon pemimpin kita ini pernah menggunakan agama sebagai alat untuk memenangkan kepentingannya atau tidak. Kalau pernah, jangan dipilih,” ujar Yaqut dalam wesbsite resmi Kemenag.
Pernyataan itu disampaikan saat Menag Yaqut menghadiri Tablig Akbar Idul Khotmi Nasional Thoriqoh Tijaniyah ke-231 di Pondok Pesantren Az-Zawiyah, Tanjung Anom, Garut, Jawa Barat. Di depan puluhan ribu peserta tablig akbar, Gus Men menyampaikan pentingnya penelusuran rekam jejak saat menentukan calon pemimpin bangsa.
Tentu kita lekas paham siapa yang dimaksud. Memori kolektif masyarakat akan langsung menyadari ke siapa ‘serangan’ itu ditujukan. Pilkada DKI Jakarta 2017 merupakan panggung di mana Politik Identitas begitu terasa digunakan untuk mencapai sebuah kekuasaan.
Pilkada DKI Jakarta adalah ruang politik yang kotor, dan banal. Saat kekuatan Islam Politik yang dinilai berhaluan keras bersatu menjegal Basuki Tjahaya Purnama atau Ahok yang saat itu memiliki rating kepuasan publik di atas 70%.
Anies Baswedan keluar sebagai pemenangnya. Dia menjadi Gubernur. Meski dalam beberapa kesempatan dia ingin sekali memantulkan bandul ke tengah. Ia ingin tampak moderat. Dukungan dari kelompok Islam garis keras dicampakkan begitu saja. Padahal jejak digitalnya sangat terang, Anies pernah berkampanye di Petamburan, yang dulu menjadi markas FPI.
Yaqut, yang juga menjadi Ketua Umum Pimpinan Pusat Gerakan Pemuda Ansor meminta agar masyarakat lebih jeli dalam menentukan pilihan, terlebih sosok yang pernah memecah belah umat.
“Bagaimana memilih pemimpin yang benar-benar bisa dipercaya, bisa diberikan amanah untuk memimpin bangsa besar. Bangsa yang memiliki keragaman, bangsa yang memiliki banyak perbedaan, tetapi itu menjadi kekuatan kita,” sambungnya.
Di samping itu konflik dalam sekam antara Cak Imin dan elite PBNU, juga menjadi alasan pernyataan itu meluncur. Cak Imin pada suatu kesempatan pernah mengeluarkan pernyataan kalau warga NU lebih memilih PKB sebagai aspirasi politiknya ketimbang mendengar himbauan PBNU.
Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Yahya Cholil Staquf tidak ingin warga NU terkesan mudah disetir. Gus Yahya menolak anggapan yang mengibaratkan warga NU seperti kerbau yang bisa diarahkan pada masa Pemilu mendatang. Itu anggapan yang terkesan menghina.
“Sekarang mindset orang itu masih banyak ‘warga NU ini kebo-kebo yang disuruh ibunya ke sana ke mari gampang’. Itu anggapan yang menghina sekali kepada warga NU,” ujar Gus Yahya itu di Kantor PBNU, Jakarta Pusat.
Lagi-lagi, ini adalah respon untuk manuver Cak Imin yang tiba-tiba saja didaulat Surya Paloh menjadi tokoh yang akan mendampingi Anies Baswedan.
Perjalanan ke bulan Februari 2024, masih akan panjang. Drama-drama antar elite politik masih akan terus berlangsung dan memanas. Saling serang pernyataan, dari yang bentuk satir halus sampai cibiran akan terus menghiasi media. Kita tidak drama yang apa lagi yang akan terjadi.
