Awal pekan ini kita disuguhi berita makan siang 3 Capres di Istana. Mereka disuguhi makan siang, kita menikmati sajian berita acara itu sambil memikirkan harga beras dan sembako. Di meja makan para elit menikmati menu, rakyat memikirkan cara mengasapi dapur saat tanggal tua tiba.
Walau begitu rakyat tetap menaruh harapan agar politik sejuk sehingga ekonomi membaik. Tentu saja demi keberlangsungan hidup rakyat kebanyakan. Bukan kesenangan hidup sebagian orang. Maka politik makan siang di Istana mestinya menjadi penanda kontestasi elektoral yang adil hingga menghasilkan pemerintahan yang kuat legitimasinya dan efektif bekerja.
Tiap hari kita makan siang. Namun makan siang bernuansa politik tentu menarik. Bukan sembarang makan siang hingga baju yang dipakai Presiden dan 3 Capres. Posisi duduk dan apa yang diungkapkan setelah makan siang pun dianalisis para pemerhati.
Saatnya kita menengok sejarah terkait politik makan siang. Ada diom “Tidak ada makan siang gratis” atau “No free lunch” yang sangat dikenal luas. Sebuah ungkapan yang menggambarkan bahwa hal-hal yang tampak gratis selalu memiliki biaya yang harus dibayar oleh seseorang. Ungkapan ini juga mengandung makna bahwa tidak ada sesuatu pun dalam hidup yang benar-benar gratis.
Pada awalnya ungkapan ini sering digunakan dalam konteks ekonomi untuk menyampaikan bahwa tidak ada manfaat atau keuntungan yang diperoleh tanpa ada pengorbanan atau biaya yang harus dibayar. Dalam bidang ekonomi, ungkapan ini menggambarkan prinsip bahwa tidak ada hasil atau keuntungan yang bisa didapatkan tanpa melakukan usaha atau pengorbanan tertentu.
Asal-usul ungkapan “Tidak ada makan siang gratis” ini tidak diketahui dengan pasti. Namun, ungkapan ini sering dikaitkan dengan pemenang Nobel Milton Friedman yang sering mengatakan bahwa tidak ada yang namanya makan siang gratis.
Ungkapan ini juga sering digunakan dalam konteks lain di luar ekonomi, seperti dalam politik atau kehidupan sehari-hari, untuk menyampaikan bahwa tidak ada manfaat atau keuntungan yang bisa diperoleh tanpa ada konsekuensi atau pengorbanan tertentu.
Jadi, makna dari istilah “Tidak ada makan siang gratis” adalah bahwa tidak ada sesuatu pun dalam hidup yang benar-benar gratis dan bahwa hal-hal yang tampak gratis selalu memiliki biaya atau konsekuensi yang harus dibayar oleh seseorang.
Dalam politik, istilah “tidak ada makan siang gratis” memiliki makna bahwa tidak ada manfaat atau keuntungan yang bisa diperoleh tanpa ada konsekuensi atau pengorbanan tertentu. Dalam konteks politik, hal ini mengacu pada fakta bahwa untuk mencapai tujuan politik atau memperoleh kekuasaan, seseorang harus melakukan usaha, mengorbankan waktu dan sumber daya, serta menghadapi risiko dan tantangan yang mungkin timbul.
Dalam politik, tidak ada jalan pintas atau keuntungan yang diperoleh tanpa usaha dan pengorbanan. Seseorang harus bekerja keras, membangun dukungan publik, menjalankan kampanye politik, dan menghadapi persaingan dengan lawan politik. Tidak ada jaminan bahwa seseorang akan berhasil dalam politik, dan kesuksesan politik biasanya didapatkan melalui kerja keras, strategi yang baik, dan dukungan publik.
Jadi, dalam politik, istilah “tidak ada makan siang gratis” menggambarkan bahwa untuk mencapai tujuan politik atau memperoleh kekuasaan, seseorang harus melakukan usaha, mengorbankan waktu dan sumber daya, serta menghadapi risiko dan tantangan yang mungkin timbul.