“Pengembangan talenta yang efektif akan membantu BUMN untuk mendapatkan talenta-talenta terbaik. Menjadi amunisi baru mendorong Indonesia Maju 2045“
Selain melahirkan narasi bernada optimistik, bonus demografi yang disebut-sebut bakal pecah telur di tahun 2045 ternyata juga menyumbang suara sumbang soal kegagalan. Katanya, Indonesia terancam gagal menjadi negara maju di 2045.
Suara-suara sumbang tersebut lahir lantaran pertumbuhan ekonomi baik domestik atau dunia saat ini nyatanya memang kurang maksimal. Usaha-usaha rintisan yang sebelumnya mendapat angin segar, kini rontok diterjang badai.
Belum lagi konflik geopolitik di di Eropa Timur dan Timur Tengah yang malah makin meresahkan warga dunia. Kita betul-betul berada dalam ketidakpastian. Dinamika eksternal membuat keadaan makin runyam.
Dana-dana segar yang awalnya diharapkan memberi energi cadangan kala pasar lesu, justru lenyap ditelan bumi. Valuasi perusahaan teknologi rontok tidak karuan di banyak bursa saham. Ekonomi digital yang sempat jadi rajadiraja, kini turun tahta.
Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat [LPEM] Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia [FEB UI] bahkan sempat merilis Buku Putih berjudul “Dari LPEM Bagi Indonesia: Agenda Ekonomi dan Masyarakat” yang menyebut Indonesia belum memenuhi syarat cukup dan syarat perlu untuk menuju negara berpendapatan tinggi.
Apalagi, kata Buku Putih itu, pertumbuhan ekonomi RI terbilang stagnan dan tak pernah jauh di atas level kisaran 5%. Pertumbuhan kredit per tahun juga tak pernah menembus 15%, sementara rasio pajak terhadap PDB juga tak pernah melampaui 11%.
Antisipasi kegagalan
Semua orang pasti pernah merasakan kegagalan yang biasanya tak cuma satu kali, melainkan berkali-kali. Konon, untuk menyempurnakan bola lampu ciptaannya, seorang Thomas Alva Edison harus mengalami 1000 kali kegagalan.
Sehingga kegagalan mestinya kita anggap sebagai bagian dari sebuah proses menuju kesuksesan. Sayangnya, seperti terungkap dalam survei yang dilakukan Mckinsey, bahwa 70 % upaya transformasi digital yang dilakukan perusahaan-perusahaan di dunia mengalami kegagalan. Tapi banyak orang mengira jika penyebabnya adalah soal teknologi. Padahal, 84% upaya transformasi gagal disebabkan faktor orang atau talenta.
Jika tak diantisipasi, maka apa yang dikhawatirkan di awal tulisan ini menjadi niscaya. Karena tantangan dan perubahan yang multidimensi seperti saat ini memang melahirkan banyak problem bagi perusahaan mana pun, termasuk BUMN. Entitas perusahaan yang selama 4 tahun terakhir telah mendorong upaya transformasi.
Kartika Wirjoatmodjo adalah seorang konsultan yang punya karir cemerlang di dunia perbankan, dia juga merupakan Wakil Menteri BUMN. Saat berbicara dalam sebuah kesempatan pada Oktober 2023 silam dia menuturkan, jika kita tidak melakukan transformasi atau sudah melakukan transformasi namun tak tepat dalam melakukan strategi, maka perusahaan BUMN juga punya kemungkinan mengalami kegagalan memanfaatkan demografi penduduk indonesia dengan 65 persen penduduk usia produktif [lagging productivity].
Pria kelahiran Surabaya ini juga bilang, peluang kegagalan berpotensi terjadi dan membuat perusahaan BUMN tidak mampu mewujudkan peta jalan NZE dengan berlanjutnya deforestasi untuk mendukung industialisasi dan menyebabkan polusi yang semakin parah [pollution and deforestation].
Lebih lanjut, jika tak melakukan transformasi dengan benar, perusahaan-perusahaan BUMN juga bisa melahirkan paradoks dari blessing yang melekat pada kepemilikan sumber daya alam. Dimana negara-negara yang kaya akan SDA tak serta merta menjadi negara yang makmur. Alih-alih, bisa menjadikan kutukan bagi pemiliknya.
Sederhananya, transformasi yang tidak tepat akan mendorong minimnya nilai tambah terhadap sumber daya alam di Indonesia.
Kulminasinya, kegagalan mengantisipasi VUCA dan melakukan transformasi yang benar juga membuat perusahaan-perusahaan, termasuk di dalamnya BUMN menjadi tak mampu beradaptasi terhadap perubahan lanskap bisnis.
Perlu diingat, melakukan digitalisasi bisnis sama sulitnya dengan memintal benang ekosistem digital di era kiwari. Produk-produk baru hasil digitalisasi bisa saja kita hasilkan, namun pasca itu harus masuk dalam ekosistem digital. Jika tidak, maka akan bernasib sama dengan apa yang dialami para pedagang kain di Tanah Abang.
Pengembangan Talenta
Sebagai salah satu tulang punggung perekonomian, BUMN memiliki peran penting dalam mewujudkan cita-cita Indonesia menjadi negara maju. Untuk mencapai cita-cita tersebut, BUMN perlu melakukan transformasi secara menyeluruh.
Salah satu aspek penting dalam transformasi BUMN adalah pengembangan talenta. Pengembangan talenta yang efektif akan membantu BUMN untuk mendapatkan talenta-talenta terbaik. Karena baik mendigitalisasi seluruh perusahaan maupun mendirikan perusahaan rintisan digital merupakan tantangan yang tidak kaleng-kaleng.
Di balik perusahaan-perusahaan rintisan yang berguguran, atau pertumbuhan ekonomi yang melempem sering kali kita melihat transformasi ini terhambat. Anehnya, para pemimpin kerap mengalami kesulitan dalam mempertahankan perbaikan seiring berjalannya waktu.
Dalam konteks ini, Saya satu suara dengan bankir senior dan Komisaris Utama PT Jamkrindo, Krisna Wijaya, bahwa bakat dan teknologi harus sama-sama kita lihat sebagai faktor yang sangat penting dalam mensukseskan upaya transformasi. Mulai dari perencanaan, perekrutan hingga pengelolaan dan pengembangan harus sama-sama mendapat perhatian yang setara.
Sejak empat tahun terakhir BUMN fokus menguatkan DNA-nya sebagai kementrian korporasi yang mengurus perusahaan-perusahaan berskala global. Kementrian BUMN sadar, selain oleh teknologi kinerja ditentukan oleh talenta. Karena faktanya, ada sekira 50 persen variabilitas kinerja kelompok atau unit disebabkan oleh pemimpin individu. Pemilihan individu yang tepat untuk peran-peran di BUMN akan menentukkan keberhasilan transformasi apa pun. Sangatlah penting menginvestasikan waktu yang diperlukan untuk melakukan pencarian yang luas.
Meskipun sejatinya, tidak banyak hal baru soal manajemen talenta, namun faktanya ini seringkali hanya dijalankan untuk menggugurkan kewajiban atau aturan saja. Padahal, manajemen talenta mestinya jadi kewajiban dan kebutuhan perusahaan. Karena penunjukkan yang tepat juga menentukan arah perekrutan berikutnya.
Seperti yang sedang dan telah dilakukan Kementrian BUMN di era Erick Thohir, dimana transformasi juga didorong untuk peningkatan representasi talenta wanita dan talenta muda hingga 30 persen, baik di jajaran Eselon I hingga eselon III. BUMN juga menginisiasi program induksi yang sistematis untuk pegawai baru.
Konkritnya, BUMN menargetkan paling tidak di tahun 2024 sudah ada 10 persen talenta muda dan 25 persen talenta perempuan sebagai direksi BUMN. Jika semua upaya tersebut sudah dijalankan, maka pada akhirnya secara karakter, atau akhlak semua talenta baru itu harus juga ditransformasi. Indonesia di masa depan, sukses menjadi negara maju.
Di bagian akhir karyanya ‘The Theory of Moral Sentiments’ Adam Smith memberi definisi menarik soal karakter. Kata dia, orang yang bermoral dan berkarakter sebagai yang berbudi luhur. Orang tersebut akan mewujudkan kualitas kehati-hatian, keadilan, kemurahan hati, dan pengendalian diri.
