Dalam konteks persiapan Pemilihan Presiden 2024 di Indonesia, Charta Politika Indonesia baru-baru ini merilis hasil survei elektabilitas para calon presiden dan wakil presiden. Hasil survei ini memberikan gambaran mengenai preferensi publik terhadap calon-calon yang akan bersaing dalam kontestasi politik yang akan datang.
Survei ini berfokus pada tiga pasangan capres-cawapres yang muncul sebagai pemain kunci dalam Pilpres 2024, yaitu pasangan Ganjar Pranowo – Mahfud MD, Prabowo Subianto – Gibran Rakabuming Raka, dan Anis Muhaimin. Hasil survei mencakup elektabilitas pasangan tersebut, serta simulasi head-to-head jika pemilihan berlangsung dalam dua putaran.
Survei ini melibatkan 2.400 responden yang dipilih secara acak atau melalui metode multistage random sampling di 38 provinsi, dan hasilnya memberikan pandangan awal yang menarik tentang dinamika politik yang berkembang menjelang Pemilihan Presiden 2024.
Menurut hasil survei yang dilakukan pada 26 hingga 31 Oktober 2023, elektabilitas Ganjar Mahfud berada di atas Prabowo-Gibran maupun Anis Muhaimin. Hasilnya menunjukkan bahwa pasangan capres-cawapres Ganjar Pranowo dan Mahfud MD memperoleh 36,8%, sementara pasangan Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka memperoleh 34,7%, dan pasangan Anies Muhaimin memperoleh 24,3%.
Charta Politika juga melakukan simulasi head-to-head jika pemilihan berlangsung dalam dua putaran. Hasilnya menunjukkan bahwa jika putaran kedua melibatkan pasangan Anies Muhaimin, mereka akan memperoleh 34,4% jika berhadapan dengan Ganjar Mahfud MD yang ada di angka 45,5%. Jika pasangan Anies Muhaimin berhadapan dengan Prabowo Gibran, hasilnya menunjukkan Anies Muhaimin memperoleh 29% dan Prabowo Gibran meraih 50,3%.
Selanjutnya, jika head-to-head terjadi antara Ganjar Mahfud dan Prabowo Gibran, elektabilitas Ganjar Mahfud akan berada di 40,6%, dan Prabowo Gibran sebesar 43,5%.
Meskipun terdapat perbedaan dalam elektabilitas, hasil survei menunjukkan pertarungan yang ketat. Dalam konteks ini, perhatian terutama difokuskan pada kehadiran nama Mas Gibran di tengah ketiga pasangan calon tersebut. Survei ini melibatkan 2.400 responden yang dipilih secara acak atau melalui multistage random sampling di 38 provinsi.
Menurut survei yang dilakukan oleh Lembaga Survei Indonesia (LSI) pada 16-20 Oktober 2023, Anies Baswedan mendominasi di Banten dengan 43% suara, diikuti oleh Prabowo Subianto dengan 42,9%, sementara Ganjar Pranowo hanya mendapatkan 10,6% suara. Di DKI Jakarta, Anies Baswedan juga unggul dengan 36,3% suara, diikuti oleh Ganjar Pranowo dengan 28,8%, dan Prabowo Subianto dengan 23,5%.
Di Jawa Barat, Prabowo Subianto memimpin dengan 59,1% suara, sementara Anies Baswedan ada di peringkat kedua dengan 22%. Namun, di Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta, Ganjar Pranowo mendominasi dengan 50,8% suara, Prabowo Subianto mendapatkan 22%, dan Anies Baswedan hanya mendapatkan 10,4%.
Di Jawa Timur, Ganjar Pranowo juga unggul dengan 44,7% suara, diikuti oleh Prabowo Subianto dengan 37,6%, dan Anies Baswedan dengan 9,4%. Hasil survei dari lembaga lain seperti Indikator dan Fox Populi Center juga memberikan gambaran serupa. Persaingan di pulau Jawa tampaknya akan menjadi salah satu aspek penting dalam Pilpres 2024.
Meskipun survei elektabilitas menempatkan pasangan calon presiden dan wakil presiden dari Koalisi Perubahan di tempat terbawah, kenyataan di lapangan justru menunjukkan antusiasme yang membludak dari pendukung Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar dalam safari politik mereka di Pulau Sumatera.
Terutama, dalam kunjungan Anis Baswedan ke provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, pendukungnya berkumpul dengan semangat. Kehadiran massa pendukung juga terlihat saat Anis melanjutkan perjalanannya ke provinsi Sumatera Barat, hingga Sumatera Selatan. Perlu diperhatikan bahwa kehadiran massa pendukung dalam kampanye politik tidak selalu mencerminkan hasil pemilihan yang akan datang. Menurut pengamat Denny JA, mobilisasi massa adalah hal biasa dalam pertarungan pemilu presiden, dan perlu diingat bahwa kerumunan belum tentu merupakan dukungan sebenarnya.
Terkadang, hal ini adalah bagian dari strategi kampanye. Pasangan calon wakil presiden, Muhaimin Iskandar, membantah adanya mobilisasi pendukung yang dilakukan untuk menarik massa besar. Dia mengatakan bahwa kehadiran massa dalam kampanye tidak selalu berarti ada upaya yang disengaja untuk mengumpulkan pendukung. Di Pekan lalu, pasangan Anies Baswedan juga berhasil menarik massa pendukungnya di Depok, Jawa Barat, dan Jember, Jawa Timur.