Connect with us

Hi, what are you looking for?

Ragam

Perbedaan Alasan Pemilih Prabowo di Pilpres 2019 dan 2024

Secara teoritis, ada beberapa alasan yang dapat menjadi dasar pemilih dalam memilih calon presiden. Pertama, pilihan rasional. Dalam hal ini, pemilih akan memilih calon presiden yang dianggap paling mampu menyelesaikan masalah-masalah bangsa. Kedua, identitas politik. Dalam hal ini, pemilih akan memilih calon presiden yang mewakili kelompok atau golongannya. Ketiga, pragmatisme politik. Dalam hal ini, pemilih akan memilih calon presiden yang dianggap paling berpeluang menang.

Prabowo dan Gibran sudah ditetapkan sebagai kandidat capres dan cawapres Pemilu 2024. Ada loyalis Prabowo yang tetap setia memilihnya sejak 2019. Banyak pula pemilih baru termasuk dari kalangan milenial. Termasuk di dalamnya para pemilih pemula. Menarik untuk dikaji bagaimana perbedaan alasan pemilih Prabowo Subianto di Pilpres 2019 dan 2024. Baik pemilih lama maupun pemilih baru.

Secara teoritis, ada beberapa alasan yang dapat menjadi dasar pemilih dalam memilih calon presiden. Pertama, pilihan rasional. Dalam hal ini, pemilih akan memilih calon presiden yang dianggap paling mampu menyelesaikan masalah-masalah bangsa. Kedua, identitas politik. Dalam hal ini, pemilih akan memilih calon presiden yang mewakili kelompok atau golongannya. Ketiga, pragmatisme politik. Dalam hal ini, pemilih akan memilih calon presiden yang dianggap paling berpeluang menang.

Realitas politik elektoral juga turut mempengaruhi alasan pemilih dalam memilih calon presiden. Dalam hal ini, pemilih akan mempertimbangkan faktor-faktor seperti peluang kemenangan, popularitas, dan elektabilitas calon presiden. Selain itu, pragmatisme partai politik juga turut mempengaruhi pilihan pemilih. Partai politik akan mengusung calon presiden yang dianggap paling berpeluang menang.

Pada Pilpres 2019, Prabowo Subianto mengusung narasi kritis dan korektif atas Pemerintahan Joko Widodo-Jusuf Kalla. Prabowo mengklaim sebagai sosok yang mewakili kepentingan rakyat kecil dan melawan oligarki. Pada saat yang sama Prabowo juga menyuarakan kedaulatan ekonomi. Pengaruh dan dominasi modal asing dan utang luar negeri menjadi sasaran kritiknya. 

Sebagaimana kita tahu pertarungan politik di Pilpres 2019 sedemikian ketat. Polarisasi juga sangat nampak dalam masyarakat. Keterbelahan itu tidak jarang sampai di tingkat keluarga sebagai unit terkecil dalam masyarakat. Suara yang diraup Prabowo- Sandiaga Uno juga tidak terlampau jauh dari perolehan suara Jokowi-Ma’ruf Amin.  

Pada Pilpres 2019 Prabowo juga didukung kelompok yang  menggunakan isu-isu agama  untuk menarik simpati pemilih. Dukungan itu tentu saja memiliki dampak yang sangat signifikan dalam perolehan suaranya. Nasionalisme Gerindra berkompromi dengan populisme kelompok kanan ketika keduanya punya kepentingan yang sama untuk menumbangkan rezim Jokowi. 

Sebuah kejutan terjadi pasca kekalahan Prabowo. Dirinya dan Sandiaga Uno bergabung dengan Kabinet Indonesia Maju. Rekonsiliasi politik yang dimulai dengan pertemuan Jokowi dan Prabowo di stasiun transportasi massal MRT Jakarta mengubah total peta politik Indonesia. 

Meski didera sejumlah kritik tingkat kepuasan publik terhadap Pemerintahan Jokowi sangat tinggi. Hal ini membuat Prabowo bersikap realistis dengan menggandeng Gibran dalam Pilpres 2024 untuk menjamin keberlanjutan rekonsiliasi politik dan agenda pembangunan yang telah dicapai Jokowi. 

Sehingga, pada Pilpres 2024, Prabowo mengubah narasi kampanyenya. Prabowo mengusung narasi rekonsiliasi politik dan melanjutkan program-program pemerintahan Jokowi. Janji politik Prabowo sejauh ini lebih bertumpu pada upaya untuk menyiapkan Indonesia menggapai bonus demografi. Kecukupan gizi salah satunya. 

Perubahan narasi kampanye Prabowo ini tampaknya berpengaruh terhadap perbedaan alasan pemilih Prabowo di Pilpres 2019 dan 2024. Pada Pilpres 2019, alasan pemilih Prabowo lebih didorong oleh kentalnya nuansa politik identitas. Namun, pada Pilpres 2024, alasan pemilih Prabowo lebih didorong oleh rekonsiliasi politik dan melanjutkan program-program pemerintahan Jokowi.

Rekonsiliasi politik dan melanjutkan program-program pemerintahan Jokowi tampaknya menjadi alasan yang paling kuat bagi pemilih Prabowo di Pilpres 2024. Hal ini karena dampak pandemi COVID-19, perang dan krisis ekonomi global masih menjadi tantangan besar bagi Indonesia. Pemilih Prabowo tampaknya berharap bahwa rekonsiliasi politik dapat menyatukan bangsa dan melanjutkan program-program pemerintahan Jokowi yang dinilai telah berhasil.

Berikut adalah beberapa faktor yang mungkin mempengaruhi perbedaan alasan pemilih Prabowo di Pilpres 2019 dan 2024:

  • Pengaruh kekalahan Prabowo di Pilpres 2019. Kekalahan Prabowo di Pilpres 2019 tampaknya membuat Prabowo menyadari pentingnya rekonsiliasi politik. Prabowo tampaknya ingin menyatukan bangsa setelah pemilihan presiden yang sangat terpolarisasi.
  • Pengaruh pandemi COVID-19, konflik dan krisis ekonomi global. Pandemi COVID-19, perang dan krisis ekonomi global telah menjadi tantangan besar bagi Indonesia. Pemilih Prabowo tampaknya berharap bahwa rekonsiliasi politik dapat membawa Indonesia pada situasi yang lebih aman baik secara nasional maupun dalam peran mewujudkan perdamaian dunia. 
  • Pengaruh pragmatisme politik. Partai Gerindra, partai yang mengusung Prabowo, tampaknya menyadari bahwa rekonsiliasi politik dan melanjutkan program-program pemerintahan Jokowi merupakan isu yang populer di kalangan pemilih. Oleh karena itu, partai Gerindra mengusung Prabowo dengan narasi tersebut di Pilpres 2024.
  • Perbedaan alasan pemilih Prabowo di Pilpres 2019 dan 2024 ini menunjukkan bahwa politik elektoral di Indonesia bersifat dinamis. Alasan pemilih dapat berubah seiring dengan perkembangan situasi dan kondisi politik.
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

You May Also Like

Perspektif

Mengejutkan sekaligus membanggakan, film berjudul ‘Autobiography’ akhirnya mewakili Indonesia untuk berkompetisi di Piala Oscar 2024. Mengejutkan, karena meski merupakan karya perdana Makbul Mubarak, namun...

Ragam

Jumlah responden 1.200 orang dianggap cukup untuk mewakili berbagai kelompok masyarakat di Indonesia, baik dari segi usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, dan lokasi

Sosok

Ririek Adriansyah adalah contoh nyata dari seseorang yang bangkit dari kesulitan untuk mencapai puncak kesuksesan. Dari pemungut puntung rokok hingga memimpin Telkom Indonesia, perjalanan...

Vidiopedia

Freeport-McMoRan, perusahaan asal Amerika Serikat yang memiliki tambang emas terbesar di dunia, salah satunya di Indonesia. Sejak lama, perusahaan ini jadi sorotan karena masalah...