Adu gagasan dalam kampanye politik memang penting. Sama pentingnya dengan membangun citra sesuai tuntutan dan atmosfir calon pemilih. Hal yang tampak receh justru terbukti efektif sebagai pintu pembuka komunikasi antara kandidat capres dan pemilih. Pesan politik yang berat harus disampaikan dengan cara dan kemasan yang lebih cair dan ringan.
Ulasan dari para pengamat membuktikan bahwa keunggulan Prabowo-Gibran dalam berbagai survei terkait Pemilihan Presiden 2024 bersinggungan dengan beberapa faktor. Lanskap politik, terutama di kalangan muda, memainkan peran penting dalam kemenangan Prabowo-Gibran. Karena mayoritas pemilih dalam pemilihan 2024 didominasi oleh anak muda.
Tidak dapat disanggah bahwa mayoritas masyarakat politik dari tingkat elit hingga akar rumput semakin pragmatis dalam menentukan pilihan politiknya. Hal-hal yang terlalu idealis harus dikompromikan dengan kenyataan sehari-hari. Bagi kalangan pemilih Pilpres diharapkan menghasilkan pemimpin yang mampu mengawal stabilitas politik dan ekonomi. Jaminan keamanan dan kenyamanan dalam proses pemilu adalah faktor kunci dalam kemenangan Prabowo.
Anak-anak muda adalah generasi yang optimis dan bangga dengan keindonesiaannya. Politik bagi mereka ibarat arena adu kompetensi yang semestinya diselenggarakan ala festival yang gembira. Dan inilah yang membuat Prabowo dengan citra barunya yang gemoy dan santai menarik perhatian anak muda bahkan meluas pada kalangan pemilih pada umumnya. Setidaknya mereka yang semula apatis terhadap pemilu mulai tertarik dan mencoba mengenal siapa dan bagaimana figur capres dan cawapres yang akan berlaga dalam pilpres.
Makin moncerlah elektabilitas manta Danjen Kopassus ini. Apalagi dengan menggandeng Gibran Rakabuming Raka yang merupakan anak dari Presiden Joko Widodo. Arah dukungan istana sudah terlihat jelas. Dukungan Presiden Jokowi, dengan soliditas pendukungnya, dianggap penting bagi kemenangan Prabowo dalam pemilihan 2024.
Pemilihan Gibran sebagai calon wakil presiden dipandang sebagai langkah strategis untuk memecah suara Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) di Jawa Tengah, salah satu basis pemilih terbesar di Indonesia. Langkah ini bertujuan untuk mendekatkan Prabowo pada kemenangan. Di sisi lain, kepemimpinan yang kuat dan popularitas Prabowo dianggap sebagai faktor yang dapat berkontribusi pada kemenangannya dalam pemilihan.
Disamping itu ada berbagai faktor yang mempengaruhi elektabilitas pasangan calon presiden dan wakil presiden dalam pemilihan umum. Pertama. Visi dan misi yang jelas dan menjanjikan bisa menjadi faktor kuat dalam meningkatkan elektabilitas pasangan calon. Misalnya, pasangan Anies-Muhaimin berjanji untuk menghadirkan perubahan dalam konteks kesejahteraan bagi berbagai kalangan
Kedua. Rencana kebijakan yang dianggap bisa membawa perubahan positif bagi masyarakat juga bisa menjadi faktor peningkat elektabilitas. Misalnya, pasangan Ganjar-Mahfud berjanji untuk memastikan setiap keluarga miskin bisa menyekolahkan minimal satu orang anaknya hingga sarjana untuk memutus rantai kemiskinan
Ketiga. Pendekatan kepada Pemilih: Cara pasangan calon mendekati dan berinteraksi dengan pemilih juga bisa mempengaruhi elektabilitas mereka. Misalnya, Anies Baswedan menawarkan kebijakan yang dirasakan langsung oleh keluarga-keluarga di Indonesia
Keempat. Track record atau rekam jejak calon juga bisa mempengaruhi elektabilitas mereka. Pemilih cenderung lebih percaya dan memilih calon yang memiliki rekam jejak positif dan konsisten.
Kelima. Popularitas: Popularitas calon di masyarakat juga bisa mempengaruhi elektabilitas mereka. Calon yang lebih dikenal masyarakat biasanya memiliki elektabilitas yang lebih tinggi.
Keenam. Dukungan Partai Politik: Dukungan dari partai politik juga berperan penting dalam menentukan elektabilitas pasangan calon. Pasangan calon yang didukung oleh partai politik besar biasanya memiliki elektabilitas yang lebih tinggi.
Perlu diingat bahwa faktor-faktor ini saling berinteraksi dan tidak dapat dipisahkan satu sama lain dalam menentukan elektabilitas pasangan calon presiden dan wakil presiden.