PERUSAHAAN yang tidak mampu beradaptasi dengan perubahan akan lenyap. Terdisrupsi atau bangkrut karena tidak mampu memenuhi tuntutan konsumen dan dinamika lingkungan bisnis yang amat cepat berubah.
Tidak terkecuali BUMN sebagai entitas bisnis. Kita tahu bahwa BUMN adalah Badan Usaha Milik Negara yang merupakan perusahaan yang dimiliki atau dikendalikan oleh pemerintah, dan berperan penting dalam perekonomian nasional. Bukan berarti BUMN menjadi anak emas dengan segala keistimewaan dibanding perusahaan swasta. Meski ada sebagian fungsi penugasan di pundak BUMN tetap harus meningkatkan daya saingnya agar dapat menjadi perusahaan yang kompetitif.
Salah satu kuncinya, pemimpin bisnis di BUMN harus mengembangkan perspektif masa depan dan beradaptasi dengan perubahan. Hal itu merupakan keterampilan yang sangat penting bagi setiap pemimpin, terutama dalam konteks BUMN yang menghadapi berbagai tantangan dan peluang di pasar global.
Salah satu cara yang dilakukan BUMN di Indonesia untuk meningkatkan kinerja dan daya saing adalah dengan melakukan proses transformasi yang melibatkan inovasi, digitalisasi, keberlanjutan, dan tata kelola yang baik.
Salah satu inisiatif yang mendukung transformasi ini adalah BUMN School of Excellence (BSE), yang merupakan program pendidikan eksekutif yang berfokus pada pengembangan pemimpin berstandar dunia dengan kearifan lokal untuk mendukung transformasi BUMN dalam memimpin Indonesia.
BSE menawarkan berbagai program yang bertujuan untuk membekali pemimpin BUMN dengan kemampuan dan pola pikir yang relevan, seperti perspektif strategis, manajemen umum, inovasi bisnis, pemahaman keuangan, manajemen sumber daya manusia, dan tanggung jawab sosial dan lingkungan.
Disamping itu BUMN juga menerapkan Strategic Foresight untuk masa depannya.
Strategic foresight adalah kemampuan untuk mengantisipasi dan merespons perubahan di masa depan dengan cara yang kreatif dan inovatif. Strategic foresight bukanlah tentang meramal masa depan, melainkan tentang mengeksplorasi kemungkinan-kemungkinan yang ada dan memilih yang terbaik untuk mencapai visi dan tujuan yang diinginkan.
Strategic foresight dapat membantu para pemimpin bisnis untuk menghadapi tantangan dan peluang di era yang penuh dengan ketidakpastian dan kompleksitas.
Dengan strategic foresight, para pemimpin bisnis dapat memahami konteks saat ini dengan melihat tren, isu, peluang, dan ancaman yang mempengaruhi bisnis mereka.
Manajemen BUMN dapat mengeksplorasi skenario alternatif dengan menggunakan alat-alat seperti analisis lingkungan, pemetaan sistem, simulasi, dan permainan. Juga menentukan visi dan tujuan dengan mengidentifikasi apa yang diinginkan dan apa yang harus dihindari di masa depan.
Direksi dan jajaran BUMN pun dapat merancang strategi dan rencana aksi dengan memilih opsi yang paling sesuai dengan visi dan tujuan, serta mengalokasikan sumber daya, mengelola risiko, dan mengukur dampaknya. Senafas dengan itu manajemen BUMN dapat mengimplementasikan dan mengevaluasi hasil dengan melakukan tindakan, memantau perkembangan, dan menyesuaikan strategi dan rencana sesuai dengan kondisi yang berubah.
Strategic foresight bukanlah sebuah proses yang linear, melainkan sebuah siklus yang dinamis dan iteratif. Korporasi dan Pemerintah semestinya menggunakannya untuk mengantisipasi perubahan.
Dengan kata lain Pemerintah termasuk Kementerian BUMN perlu mengadopsi prinsip-prinsip Strategic foresight. Strategi ini membutuhkan kolaborasi antara berbagai pemangku kepentingan, baik internal maupun eksternal, untuk berbagi pengetahuan, ide, dan pengalaman. Strategic foresight juga membutuhkan keterbukaan, fleksibilitas, dan kesiapan untuk belajar dari kesalahan dan keberhasilan.
Salah satu contoh penerapan strategic foresight adalah proyek Future of Government 2030+ yang dilakukan oleh Komisi Eropa. Proyek ini bertujuan untuk mengeksplorasi bagaimana pemerintahan di masa depan dapat menangani tantangan seperti perubahan iklim, ketimpangan sosial, migrasi, dan demokrasi. Proyek ini menggunakan metode-metode seperti wawancara, survei, lokakarya, dan prototipe untuk menghasilkan empat skenario masa depan yang berbeda, yaitu:
Pertama. Do It Yourself Government dimana Pemerintah yang berfokus pada pemberdayaan warga dan partisipasi langsung dalam pengambilan keputusan.
Kedua. Private Algocracy yakni Pemerintah yang berfokus pada efisiensi dan transparansi dengan menggunakan algoritma dan data besar untuk mengelola layanan publik.
Ketiga. Super Collaborative Government yang berarti Pemerintah yang berfokus pada kolaborasi dan inklusi dengan menggunakan platform digital dan jaringan sosial untuk menghubungkan berbagai pemangku kepentingan.
Keempat. Over-Regulated Government dimana Pemerintah yang berfokus pada keamanan dan stabilitas dengan menggunakan regulasi dan pengawasan yang ketat untuk mengendalikan perilaku warga.
Ada beberapa rekomendasi untuk pemerintah masa depan, seperti meningkatkan kapasitas dan keterampilan untuk strategic foresight di semua tingkat pemerintahan. Lalu, mendorong dialog dan partisipasi warga dalam proses strategic foresight.
Selanjutnya membangun kemitraan dan jaringan antara pemerintah, sektor swasta, masyarakat sipil, dan akademisi untuk berbagi pengetahuan dan sumber daya. Lalu menciptakan ruang dan kesempatan untuk bereksperimen dan berinovasi dengan menggunakan metode-metode seperti laboratorium hidup, sandboxes, dan hackathons.Perlu ditegaskan bahwa strategic foresight adalah sebuah kompetensi yang penting untuk para pemimpin bisnis di masa depan. Dengan strategic foresight, para pemimpin bisnis dapat menciptakan masa depan yang lebih baik, bukan hanya bereaksi terhadap masa depan yang sudah terjadi.