Kehadiran vending machine diharapkan dapat memperluas pemasaran produk UMKM. Memberi kesempatan kepada UMKM untuk sejahtera dan naik kelas makin terbuka lebar.
KEMENTRIAN BUMN baru saja meluncurkan mesin jual otomatis. Alias vending machine untuk produk UMKM. Konsepnya menarik, outlet self service untuk meningkatkan minat pembelian produk UMKM.
Diadakan pertama kali oleh Bank Flat Merah yang pertama kali dirintis Raden Bei Aria Wirjaaatmadja. Atau Bank Rakyat Indonesia [BRI].
Yang nanti bakal mengisi mesin penjualan otomatis ini adalah 11 UMKM yang juga binaan BRI. Terdiri dari 19 jenis produk.
Kapasitasnya 150 produk UMKM pilihan. Nantinya, produk-produk ini dapat dibeli melalui transaksi pembayaran menggunakan QRIS.
Dari BUMN untuk UMKM
Kehadiran vending machine diharapkan dapat memperluas pemasaran produk UMKM. Memberi kesempatan kepada UMKM untuk sejahtera dan naik kelas makin terbuka lebar.
Ide terciptanya mesin ini berawal dari permintaan pelaku usaha kepada menteri BUMN, Erick Thohir.
Tahap pertama, mesin ini dibuat di Kementrian BUMN. Namun kemudian juga dibuat di buat di tempat-tempat umum. Baik di stasiun-stasiun kereta, bandara, rest area, bahkan di semua kantor-kantor BUMN.
Jika dipasarkan di lingkungan kementrian BUMN saja, potensi pasarnya sudah ada sekira 1,3 juta orang. Belum lagi para pengguna layanan perusahaan BUMN. Cukup besar.
Saya teringat kejadian beberapa hari lalu, di Jalan Wana Kencana, Kelurahan Ciater, Kecamatan Serpong, Kota Tangsel. Sebuah minibus terperosok ke aliran kali lantaran tidak kuat menanjak.
Usut punya usut, mobil yang mengangkut satu keluarga ini hendak menuju ke Warung Makan Tuman. Tempat kuliner tersembunyi atau hiddens gems di kawasan BSD.
Meski berada di kawasan perumahan lumayan elit, namun letaknya berada di seberang sungai. Sudah begitu harus melewati jembatan kecil dan jalan menanjak.
Sebelum menikmati kuliner bernuansa kebun bambu dan pedesaan, para pengunjung rela bersusah payah. Mereka ingin merasakan pengalaman berbeda. Rumah makan bernuansa kebun bambu dan pedesaan, tapi di tengah kota.
Makanan yang disajikan sebetulnya biasa-biasa saja. Bahkan bisa dibilang N’deso. Mulai dari sayur lodeh, pecak ikan, jengkol goreng, ikan asin beserta teman-temannya. Namun karena letaknya di kawasan perumahan elite dengan suasana pedesaan, rasanya jadi di luar kebiasaan.
Customer experience
Di era kiwari, selain kemudahan bertransaksi, para pelanggan juga berharap mendapatkan pengalaman yang beda [customer experience]. Yang lahir dari pola interaksi di luar kebiasaan.
Mungkin karena terlalu biasa dengan aktivitas pekerjaan dan pola interaksi yang itu-itu saja. Masuk kantor, menghadapi tumpukan dokumen, zoom meeting, negosiasi bisnis, lalu terima gaji.
Sementara pengalaman berbeda ini akan mereka dapatkan dari beberapa interaksi berbeda. Juga menuntut adanya pengalaman terpadu. Pola-pola inilah yang dinilai cara paling efektif meningkatkan customer experience. Membuat bisnis kita lebih unggul dari pelaku bisnis lain. Juga mendorong pembelian yang berulang.
Firma riset dan konsultan IT Gartner menuturkan, custemor eperience adalah persepsi pelanggan dan perasaan terkait yang disebabkan oleh efek kumulatif dan salah satu dari interaksi dengan karyawan, sistem, saluran, atau produk pemasok.
Karena jumlah pelanggan saluran yang berinteraksi terus meningkat, mengamati kebutuhan pelanggan, menjaga keterpaduan, dan menyediakan komunikasi yang sangat personal dapat membentuk pengalaman dan berkontribusi buat meningkatkan kepuasan dan loyalitas pelanggan.
Kita tahu, jika pelanggan sangat menginginkan kualitas terbaik yang bisa mereka peroleh. Mereka berharap setiap produk bisa berinteraksi secara mengesankan. Selain itu, setiap interaksi bisa meningkatkan pengalaman selama perjalanan.
Kuncinya, pengalaman positif dalam proses transaksi bakal mempererat ikatan antara penjual dan pembeli. Juga bakal meningatkan kepercayaan, mempertahankan kebiasaan, bahkan mengubahnya jadi pembeli yang loyal.
Varian product
Itulah mengapa, dalam bisnis di era digital, mengetahui cara membuat varian produk maupun varian pemasaran jadi kunci untuk memenangkan persaingan. Karena produk yang beragam akan memberi pilihan lebih banyak.
Itulah mengapa vanding machine yang diinisiasi Kementrian BUMN mengakomodasi 11 UMKM dan 19 jenis produk yang dijual. Ini bagian dari seni mengelola peluang, agar sebuah produk punya peluang terjual lebih banyak.
Istilah varian produk mengacu pada berbagai jenis barang dari produk utama yang ditawarkan sebuah bisnis. Variasinya bisa berbeda dalam bentuk, ukuran, bahan, warna, atau rasa. Namun tetap mempertahankan karakteristik dasar dari produk utamanya.
Misalnya, bisnis yang menjual aneka makanan berbeda. Bisa tetapmempertahankan sifat dasar dari produk yang ditawarkan. Berbahan dasar singkong misalnya. Atau makanan kemasan hasil pangan seperti digeluti Jack Ma pasca berseteru dengan Rezim Pemerintahan Xi Jinping di Tiongkok.
Lewat variasi, sebuah produk atau merek dapat menarik konsumen dari beragam kalangan. Secara tidak langsung juga meningkatkan penjualan. Lebih lanjut, variasi yang pas juga bisa memperluas pasar, puncaknya tentu saja memberi nilai tambah baik konsumen maupun produsen.
Pada akhirnya, kita bertumpu pada rumusan yang sederhana. Bahwa yang namanya selera jelas beragam. Pelanggan akan melakukan proses seleksi, sesuai kebutuhan masing-masing.
Begitulah UMKM mestinya dikembangkan. Tidak terpaku pada satu strategi saja. Melainkan banyak strategi. Yang penting bisa memberikan pengalaman yang berbeda. Yang membuat konsumen merasa senang.