Lembaga Survei Indonesia (LSI) merilis data menarik tentang tingkat kepuasan terhadap kinerja Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada awal Desember 2023. Meskipun mayoritas responden menilai kondisi ekonomi buruk, kepuasan terhadap Jokowi mencapai 76 persen.
Menurut Direktur Eksekutif LSI, Djayadi Hanan, kepuasan tersebut tidak terlepas dari bantuan yang diberikan pemerintah kepada rakyat kecil. Data menunjukkan bahwa 33,4 persen responden menyebut pemberian bantuan sebagai alasan utama kepuasan, diikuti pembangunan infrastruktur (24,9 persen), dan penilaian positif terhadap kinerja presiden (18,3 persen).
Namun, ada pula yang merasa tidak puas, dengan alasan bantuan yang tidak merata (19,4 persen) dan pandangan buruk terhadap kinerja presiden (17,1 persen). Meski evaluasi terhadap kondisi ekonomi cenderung negatif, Djayadi mengungkap bahwa adanya bantuan pada rakyat kecil menjadi faktor pengimbang.
Survei yang melibatkan 1.426 responden secara acak melalui sambungan telepon menunjukkan margin of error sebesar 2,6 persen. Meskipun mayoritas merasa puas dengan kinerja Jokowi, data ini mencerminkan kompleksitas opini masyarakat terkait kondisi ekonomi serta penilaian terhadap kinerja pemerintah.
Menurut tim ekonom Bank Mandiri, pertumbuhan ekonomi Indonesia hingga akhir tahun diperkirakan masih dapat bertahan di atas 5%, dengan proyeksi sebesar 5,04%. Faktor yang akan menopang pertumbuhan ini terutama berasal dari variabel-variabel domestik, sedangkan variabel eksternal diprediksi akan terkendala oleh pelemahan ekonomi global.
Perlambatan ekonomi global dan volatilitas di pasar global masih menjadi perhatian hingga akhir tahun. Namun, pertumbuhan ekonomi Indonesia akan didorong oleh belanja pemerintah, termasuk paket kebijakan ekonomi yang mencakup bantuan sosial untuk meredam tekanan inflasi, khususnya pada harga pangan.
Diperkirakan bahwa pengeluaran di kuartal akhir 2023 bisa mencapai Rp 1.155 triliun, dengan defisit fiskal yang diestimasi mencapai 2,30%. Ini berpotensi meningkatkan stimulus konsumsi rumah tangga serta likuiditas di sektor perbankan, yang saat ini masih dalam kondisi relatif ketat.
Diproyeksikan peningkatan kinerja investasi atau Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) di sisa tahun ini. Hal ini seiring dengan proyek-proyek infrastruktur dari Program Strategis Nasional (PSN) dan Ibu Kota Negara (IKN), yang diharapkan dapat mencapai target di tengah dinamika politik.
Meskipun demikian, terdapat risiko pada investasi asing yang bergantung pada kondisi ekonomi global ke depan. Secara keseluruhan, Bank Mandiri mempertahankan proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 5,04% pada 2023, yang menunjukkan penurunan moderat dari pertumbuhan sebelumnya pada tahun 2022 sebesar 5,31%. Hal ini mencerminkan kompleksitas tantangan dan peluang di dalam dan luar negeri yang dapat memengaruhi laju pertumbuhan ekonomi Indonesia.