Negara-negara di dunia semakin terhubung dan saling bergantung. Apa yang terjadi di salah satu titik penting perdagangan dunia potensial berdampak pada kawasan lain. Rantai pasok kebutuhan produk yang diperdagangkan antar negara dan antar benua sebagian besar diangkut menggunakan moda laut. Sehingga ancaman dan hambatan di jalur transportasi laut utama pun dipastikan mengganggu ekonomi dunia.
Itulah yang terjadi saat ini di perairan Laut Merah. Konflik di Timur Tengah yang meluas hingga ke bagian selatan Semenanjung Arabia itu telah mengancam perekonomian Eropa. Hilir mudik kapal dari India dan China ke Eropa terganggu. Biaya kargo dan asuransi meningkat tajam. Bahkan konflik di Laut Merah telah berdampak pada industri pelayaran Malaysia. Konsumen di Malaysia diperkirakan akan menanggung beban terbesar dari kenaikan biaya pengangkutan.
Konflik di Laut Merah juga berdampak pada tarif pengangkutan bahan bakar dari Timur Tengah ke Asia. Sejak 12 Januari 2024, tarif pengangkutan beberapa bahan bakar dari Timur Tengah ke Asia melonjak 182%. Bagi Indonesia sebagai pengimpor minyak tentu ini perlu diwaspadai. Gejolak harga minyak dan energi lainnya akan mendongkrak harga komoditas tersebut.
Industri pelayaran sebagaimana industri lainnya akan mencari solusi yang paling efisien. Sebelum ada Terusan Suez lalu lintas laut lebih mengandalkan jalur memutar melalui Tanjung Harapan. Laut Merah merupakan rute pelayaran terpendek antara Eropa dan Asia. Hampir 15% perdagangan global melewati Laut Merah. Serangan Houthi menimbulkan kekhawatiran harga bahan bakar akan naik dan rantai pasok global akan terganggu.
Laut Merah juga menjadi tempat transit kargo dari Asia dan Eropa atau sebaliknya, sebelum melewati Terusan Suez. Konflik di Laut Merah diyakini berdampak pada Terusan Suez, Mesir. Sebagian besar PDB Mesir bergantung pada Terusan Suez.
Krisis Laut Merah yang melibatkan serangan Houthi di Yaman terhadap kapal-kapal komersial telah menimbulkan dampak serius pada perdagangan global dan keamanan maritim di wilayah tersebut. Untuk memahami secara menyeluruh krisis ini, perlu dilihat dari berbagai sudut pandang, mulai dari faktor internal di Yaman hingga persaingan geopolitik di kawasan Timur Tengah.
Perang saudara di Yaman yang berlangsung selama hampir 8 tahun, dipicu oleh intervensi militer Saudi Arabia, memunculkan kelompok pemberontak Houthi yang terus melancarkan serangan terhadap kapal-kapal di jalur perdagangan internasional. Konflik ini, yang sebagian besar terfokus di Yaman, telah menimbulkan krisis kemanusiaan yang parah, dengan jutaan orang kekurangan makanan, air, dan obat-obatan.
Intervensi militer yang dipimpin oleh Saudi Arabia di Yaman bukan hanya memperpanjang konflik, tetapi juga memperkuat sentimen anti-Saudi di Yaman. Dukungan Iran kepada Houthi dan dukungan Amerika Serikat serta negara-negara Barat kepada Saudi Arabia turut memperumit dinamika konflik, menciptakan persaingan geopolitik yang merugikan.
Dampak serangan Houthi di Laut Merah terasa secara global, mengganggu jalur perdagangan internasional dan meningkatkan biaya keamanan maritim. Perusahaan pelayaran terpaksa meningkatkan biaya asuransi dan keamanan, menyebabkan kenaikan harga barang dan inflasi di beberapa negara. Selain itu, krisis ini juga telah membuat upaya kemanusiaan di Yaman sulit diimplementasikan dengan efektif.
Upaya penyelesaian krisis yang dilakukan oleh PBB dan negara-negara regional masih belum membuahkan hasil yang signifikan. Operasi militer yang dilakukan oleh koalisi yang dipimpin Saudi Arabia belum berhasil menghentikan serangan Houthi di Laut Merah. Dalam konteks ini, perlu adanya upaya lebih keras dari semua pihak yang terlibat untuk mencapai solusi damai secepatnya.
Penting untuk memahami bahwa krisis ini tidak hanya bersumber dari konflik di Yaman, tetapi juga dari dinamika geopolitik di kawasan Timur Tengah. Persaingan antara Iran dan Saudi Arabia menjadi elemen penting dalam mengkaji akar masalah. Oleh karena itu, penyelesaian krisis ini harus melibatkan kerjasama aktif dari semua pihak terkait, dengan fokus pada dialog diplomatis dan negosiasi.
Krisis Laut Merah adalah tantangan kompleks yang membutuhkan pendekatan holistik. Solusi yang berkelanjutan harus mencakup penyelesaian konflik di Yaman, penanganan krisis kemanusiaan, dan upaya untuk meredakan ketegangan geopolitik di kawasan tersebut. Dengan kerjasama global yang kuat, diharapkan dapat diciptakan fondasi yang kokoh untuk perdamaian dan stabilitas di Laut Merah serta sekitarnya.