Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka telah terpilih menjadi Presiden dan Wakil Presiden. Kini kepemimpinan nasional berada pada masa transisi hingga pelantikan keduanya 20 Oktober 2024 nanti. Perbincangan publik kini diwarnai dengan siapa yang akan duduk di Kabinet kelak. Disamping kapasitasnya, tentu publik akan melihat latar belakang representasinya.
Disamping kalangan teknokrat dan partai politik, terbuka kemungkinan para menteri akan diambil dari kalangan organisasi kemasyarakatan (ormas) Islam. Dalam hal ini Prabowo mengakui pentingnya dukungan dari ormas Islam yang moderat, inklusif, dan memiliki kepercayaan diri dalam membangun negara yang inklusif dan harmonis. Dan dukungan nyata dapat diwujudkan melalui keterlibatan dalam Kabinet.
Diantara ormas Islam moderat yang representatif adalah Nahdhatul Ulama, Muhammadiyah, dan Persatuan Islam. Perannya selama ini sudah tidak diragukan lagi. Dengan coraknya masing-masing, ketiganya saling mengisi dan melengkapi dalam menghadirkan wajah Islam yang teduh sekaligus progresif. Ketiga ormas ini tentu memiliki kader pemimpin yang layak untuk memperkuat efektivitas kinerja Pemerintahan Prabowo Gibran.
Ormas dan calon yang diusungnya harus memiliki visi Islam moderat yang berada di tengah antara radikalisme dan liberalisme, sekaligus menekankan moderasi keagamaan dan beragama. Sebagaimana kita fahami, faktanya, Islam moderat yang humanis dan mengayomi semua lapisan sosial sering kali terpinggirkan oleh narasi yang lebih radikal atau konservatif dalam masyarakat Muslim. Di sinilah Prabowo Gibran memerlukannya sebagai ‘amunisi’ untuk menghadapi tantangan seperti arus informasi yang tidak terkendali dan penyebaran radikalisme.
Wajah politik kita harus lebih santun damai di kemudian hari. Segala konflik dan keterbelahan politik yang pernah terjadi di antara pertarungan elektoral sejak satu dekade terakhir harus diakhiri. Tentu kita harus menemukan bersama formula yang tepat dalam mengelola demokrasi agar semua pihak diuntungkan dan merasakan keadilan dari seluruh pencapaian di berbagai bidang.
Moderasi dalam aspek keagamaan, sosial, dan pendidikan merupakan suatu upaya yang holistik dan berkelanjutan, yang dilakukan melalui berbagai program dakwah, pendidikan, dan kegiatan sosial. Dalam konteks keagamaan, moderasi mengajarkan pentingnya menjaga keseimbangan antara kepatuhan kepada ajaran agama dengan toleransi terhadap perbedaan keyakinan. Ini berarti mempromosikan nilai-nilai universal seperti kasih sayang, perdamaian, dan penghormatan terhadap sesama manusia tanpa memandang perbedaan agama atau kepercayaan.
Seseorang yang memegang prinsip moderasi harus memiliki sikap rendah hati, keinginan untuk terus belajar, dan keterbukaan terhadap pemikiran orang lain. Ini berarti mengakui bahwa tidak ada satu pun individu yang memiliki pengetahuan atau kebenaran mutlak, sehingga penting untuk selalu merenungkan dan mengembangkan pemahaman yang lebih baik tentang dunia dan keyakinan pribadi.
Ormas Islam moderat memiliki tanggung jawab yang besar dalam menjaga keutuhan dan keberagaman bangsa. Mereka harus memainkan peran aktif dalam mendorong dialog antaragama, mempromosikan pemahaman yang benar tentang Islam yang inklusif dan toleran, serta menentang ekstremisme dan intoleransi. Dengan memperkuat prinsip Bhinneka Tunggal Ika, ormas Islam moderat turut berkontribusi dalam membangun kesatuan dan harmoni dalam masyarakat yang beragam.
Dalam aspek sosial, moderasi berarti memperjuangkan keadilan sosial, kesetaraan gender, dan hak asasi manusia untuk semua individu tanpa diskriminasi. Ini dapat dicapai melalui berbagai kegiatan sosial seperti pembangunan komunitas, pemberdayaan ekonomi masyarakat, dan pendampingan untuk kelompok rentan seperti anak-anak dan kaum miskin.
Di bidang pendidikan, moderasi mengacu pada pengembangan kurikulum yang inklusif, yang mengajarkan nilai-nilai moderasi, toleransi, dan pluralisme kepada generasi muda. Sekolah dan lembaga pendidikan memiliki peran penting dalam membentuk sikap dan nilai-nilai anak-anak, sehingga penting untuk memastikan bahwa pendidikan yang diberikan mencerminkan prinsip-prinsip moderasi dan menghargai keberagaman.
Melalui kerjasama antara pemerintah, masyarakat sipil, dan sektor swasta, upaya moderasi dapat diperkuat dan diperluas. Program-program kolaboratif seperti pelatihan untuk pemimpin muda, pertukaran budaya, dan kampanye publik dapat membantu memperkuat pemahaman tentang pentingnya moderasi dalam mencapai kemajuan dan harmoni sosial.
Dalam era globalisasi yang cepat, moderasi menjadi semakin relevan sebagai cara untuk menjaga stabilitas dan perdamaian di tengah-tengah perbedaan dan ketegangan. Dengan mempromosikan sikap saling menghargai dan bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama, moderasi membawa harapan untuk masa depan yang lebih baik bagi seluruh umat manusia.
Secara pribadi, menerapkan prinsip moderasi dalam kehidupan sehari-hari berarti berusaha untuk selalu bertindak dengan bijaksana dan mempertimbangkan dampak dari setiap tindakan atau kata yang diucapkan. Ini melibatkan kesadaran akan keberagaman dalam pandangan, pemikiran, dan budaya, serta komitmen untuk menjaga hubungan yang harmonis dengan semua orang di sekitar.
Ketika individu-individu secara kolektif menerapkan nilai-nilai moderasi dalam kehidupan mereka, hal ini dapat menciptakan lingkungan yang lebih damai, harmonis, dan inklusif bagi semua orang. Sebagai bagian dari masyarakat yang lebih luas, kita semua memiliki peran dalam mempromosikan moderasi dan membangun masa depan yang lebih baik bagi generasi mendatang.
Berangkat dari pemahaman dan visi di atas kita perlu membuka ruang bagi pemimpin terpilih untuk menggunakan hak prerogatifnya sebijak mungkin. Pandangan ini tentu bukan bermaksud mendorong ormas untuk mengemis jatah kekuasaan. Justru sebaliknya, adalah menjadi hal yang rasional bahwa dengan visi dan proses yang tumbuh dalam diri ormas Islam moderat muncul cukup banyak kader potensial dengan integritas dan kapasitas yang memadai untuk membantu Presiden menyongsong Indonesia Emas 2045.