Connect with us

Hi, what are you looking for?

Ragam

Mandiri Dorong Net Zero Emissions 2060

Salah satu langkah konkret yang diambil oleh Bank Mandiri adalah digitalisasi layanan melalui aplikasi SuperApps seperti Livin’ dan Kopra. Transformasi digital ini tidak hanya bertujuan untuk meningkatkan efisiensi layanan, tetapi juga menjadi bagian dari strategi untuk mengurangi jejak karbon.

3 Poin Penting:

  1. Bank Mandiri berkomitmen mendukung target Net Zero Emissions 2060 dengan pembiayaan hijau dan produk keberlanjutan.
  2. Melalui ESG Desk, Bank Mandiri mendukung perusahaan besar dan sektor ritel beralih ke praktik bisnis ramah lingkungan.
  3. Dukungan regulasi dan kebijakan, seperti insentif dan pajak karbon, penting untuk mempercepat transisi energi terbarukan di Indonesia.

DALAM era globalisasi yang semakin maju, isu lingkungan menjadi salah satu fokus utama berbagai negara, termasuk Indonesia. Sebagai salah satu negara dengan sumber daya alam yang melimpah, Indonesia menghadapi tantangan besar dalam upaya mencapai target Net Zero Emissions (NZE) pada tahun 2060. Hal ini tidak hanya menjadi tugas pemerintah, tetapi juga membutuhkan keterlibatan seluruh sektor, termasuk industri perbankan. Bank Mandiri, salah satu bank terbesar di Indonesia, telah menunjukkan komitmennya dalam mendukung upaya pemerintah dengan menyalurkan pembiayaan hijau yang menjadi kunci utama dalam transformasi menuju ekonomi rendah karbon.

Komitmen ini ditegaskan dalam Indonesia International Sustainability Forum (IISF) 2024, di mana Wakil Direktur Utama Bank Mandiri, Alexandra Askandar, menyampaikan berbagai langkah yang telah diambil oleh Bank Mandiri untuk mendukung keberlanjutan. Forum yang mengangkat tema “Financing Enabler for ESG” ini menjadi wadah kolaborasi berbagai pemangku kepentingan untuk mempercepat proses dekarbonisasi dan mendorong pertumbuhan berkelanjutan.

Salah satu langkah konkret yang diambil oleh Bank Mandiri adalah digitalisasi layanan melalui aplikasi SuperApps seperti Livin’ dan Kopra. Transformasi digital ini tidak hanya bertujuan untuk meningkatkan efisiensi layanan, tetapi juga menjadi bagian dari strategi untuk mengurangi jejak karbon. Dengan berkurangnya penggunaan sumber daya fisik, seperti kertas dan energi untuk operasional cabang, digitalisasi menjadi salah satu langkah awal yang penting dalam mendukung tujuan keberlanjutan.

Bank Mandiri juga telah mengambil langkah lebih jauh dengan menerapkan strategi pengimbangan karbon. Ini termasuk pembelian kredit karbon dan investasi dalam proyek karbon seperti restorasi lahan dan konservasi. Upaya ini tidak hanya membantu mengurangi emisi karbon, tetapi juga memberikan dampak positif terhadap kelestarian lingkungan. Salah satu contohnya adalah investasi dalam proyek restorasi lahan gambut, yang merupakan salah satu ekosistem penting dalam menyerap karbon di Indonesia.

Komitmen Bank Mandiri untuk memimpin transisi menuju ekonomi rendah karbon juga terlihat dari pembentukan ESG Desk. ESG Desk ini menyediakan berbagai produk keuangan yang berfokus pada keberlanjutan, seperti Sustainability-Linked Loans (SLL), pembiayaan untuk perusahaan yang sedang bertransisi, serta produk hijau lainnya. Melalui ESG Desk, Bank Mandiri secara aktif mendukung nasabah korporat besar seperti PLN Group, Pertamina Group, Semen Indonesia Group, dan Sinarmas Group untuk beralih ke praktik bisnis yang lebih berkelanjutan. Tidak hanya itu, melalui berbagai forum diskusi, lokakarya, dan seminar, Bank Mandiri turut mendorong pemahaman yang lebih baik mengenai pentingnya pembiayaan hijau di sektor korporasi.

Tidak hanya terbatas pada sektor korporasi, Bank Mandiri juga menyasar segmen ritel dengan meluncurkan produk-produk hijau seperti Kredit Pemilikan Rumah (KPR) hijau dan reksa dana hijau. Produk-produk ini memberikan kesempatan bagi masyarakat untuk turut berkontribusi dalam mewujudkan ekonomi rendah karbon melalui pilihan investasi yang ramah lingkungan. Contoh konkret dari inisiatif ini adalah peluncuran KPR hijau, di mana pembiayaan diberikan untuk rumah yang memenuhi standar efisiensi energi, sehingga membantu mengurangi emisi karbon dari sektor perumahan.

Namun, mencapai target NZE pada 2060 tentu bukan tanpa tantangan. Indonesia telah bergantung pada bahan bakar fosil selama waktu yang lama, dan peralihan ke energi terbarukan membutuhkan proses yang panjang. Alexandra Askandar mengakui bahwa transisi ini tidak bisa terjadi dalam waktu singkat, terutama mengingat infrastruktur energi Indonesia yang masih sangat bergantung pada batu bara dan minyak bumi.

Meski begitu, potensi energi terbarukan di Indonesia sangat besar. Indonesia memiliki sumber daya energi terbarukan yang melimpah, seperti tenaga surya, angin, dan panas bumi, yang belum dimanfaatkan secara optimal. Potensi ini memberikan optimisme bahwa Indonesia dapat beralih ke energi yang lebih bersih dan ramah lingkungan dalam jangka panjang. Namun, untuk mewujudkan hal ini, diperlukan dukungan regulasi yang kuat dari pemerintah.

Salah satu dukungan yang diusulkan adalah penerapan insentif dan disinsentif melalui mekanisme seperti subsidi untuk energi terbarukan dan pajak karbon bagi perusahaan yang menghasilkan emisi tinggi. Dengan memberikan insentif kepada perusahaan yang beralih ke praktik berkelanjutan, pemerintah dapat mendorong lebih banyak perusahaan untuk mengurangi jejak karbon mereka. Di sisi lain, pajak karbon akan memberikan konsekuensi finansial bagi perusahaan yang tidak berkomitmen untuk mengurangi emisi, sehingga menciptakan insentif yang lebih kuat bagi perusahaan untuk beralih ke energi yang lebih bersih.

Langkah-langkah ini akan membantu menciptakan ekosistem yang mendukung investasi iklim di Indonesia. Seperti yang disampaikan oleh Alexandra, dengan kebijakan yang kuat, kita tidak perlu memilih antara keberlanjutan dan pertumbuhan ekonomi. Kedua hal ini dapat berjalan seiring, di mana pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dapat tercapai tanpa mengorbankan kelestarian lingkungan. Bank Mandiri, melalui berbagai inisiatifnya, telah menunjukkan bahwa sektor perbankan memiliki peran penting dalam mewujudkan hal ini.

Selain dari segi regulasi, peran teknologi juga tidak bisa diabaikan. Inovasi di bidang energi terbarukan, seperti pengembangan teknologi baterai untuk penyimpanan energi dan smart grid, akan menjadi kunci dalam mempercepat transisi ke energi terbarukan. Bank Mandiri, sebagai lembaga keuangan, memiliki posisi strategis untuk mendukung pengembangan teknologi ini melalui pembiayaan yang tepat.

Sebagai kesimpulan, upaya mencapai target NZE pada 2060 adalah tantangan besar yang membutuhkan kolaborasi berbagai pihak. Bank Mandiri, melalui komitmennya dalam menyalurkan pembiayaan hijau dan mendukung transformasi digital, telah menunjukkan bahwa sektor perbankan dapat berperan sebagai pendorong utama dalam mewujudkan ekonomi rendah karbon di Indonesia. Namun, upaya ini memerlukan dukungan dari pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat luas. Dengan langkah-langkah yang tepat, Indonesia memiliki potensi besar untuk menjadi salah satu negara terdepan dalam transisi ke energi terbarukan dan keberlanjutan.

Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

You May Also Like

Perspektif

Mengejutkan sekaligus membanggakan, film berjudul ‘Autobiography’ akhirnya mewakili Indonesia untuk berkompetisi di Piala Oscar 2024. Mengejutkan, karena meski merupakan karya perdana Makbul Mubarak, namun...

Ragam

Jumlah responden 1.200 orang dianggap cukup untuk mewakili berbagai kelompok masyarakat di Indonesia, baik dari segi usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, dan lokasi

Sosok

Ririek Adriansyah adalah contoh nyata dari seseorang yang bangkit dari kesulitan untuk mencapai puncak kesuksesan. Dari pemungut puntung rokok hingga memimpin Telkom Indonesia, perjalanan...

Vidiopedia

Freeport-McMoRan, perusahaan asal Amerika Serikat yang memiliki tambang emas terbesar di dunia, salah satunya di Indonesia. Sejak lama, perusahaan ini jadi sorotan karena masalah...