Connect with us

Hi, what are you looking for?

Perspektif

Mengupas Strategi Model AI Canva dalam Era Generative AI

Canva menggabungkan model internal, kemitraan strategis dengan OpenAI dan Google, serta akuisisi Leonardo, untuk menciptakan platform desain AI yang abstrak namun canggih.

Dalam lanskap teknologi yang bergerak cepat, di mana kecerdasan buatan (AI) telah bergeser dari sekadar alat menjadi jantung inovasi, Canva sebagai raksasa desain yang telah mendemokratisasi kreasi visual tidak tinggal diam. Perusahaan asal Australia ini bukan hanya beradaptasi, melainkan memimpin dengan strategi model AI yang cerdik dan sangat terukur. Di tengah pusaran Generative AI (GenAI), pendekatan Canva yang menggabungkan pengembangan internal dengan kemitraan dan akuisisi strategis telah menjadikannya pemain kunci, memastikan jutaan penggunanya selalu mendapatkan yang terbaik tanpa perlu memusingkan kompleksitas teknologi di baliknya.

Strategi model Canva, khususnya dalam konteks GenAI, adalah sebuah studi kasus yang patut dicermati tentang bagaimana sebuah platform dapat memanfaatkan inovasi eksternal sambil memperkuat keunggulan intinya.

Inti dari Strategi Ganda: Abstraksi dan Aksesibilitas

Canva mengadopsi apa yang secara efektif dapat disebut sebagai Strategi Model Ganda (Dual-Model Strategy). Inti dari pendekatan ini adalah membangun sebuah lapisan abstraksi (abstraction layer). Tujuannya jelas: untuk memberikan akses ke model AI terbaik yang tersedia, sambil menyembunyikan semua kerumitan dan perubahan teknologi di belakang layar. Bagi pengguna Canva, pengalaman haruslah mulus dan intuitif; mereka hanya perlu melihat hasilnya, bukan proses di baliknya.

Strategi ganda ini terbagi menjadi dua pilar utama:

Pilar 1: Pengembangan Model Internal (First-Party Models)

Meskipun agresif dalam menjalin kemitraan, Canva memahami pentingnya menguasai teknologi inti yang langsung mendukung nilai unik produknya. Canva berinvestasi dalam mengembangkan model AI-nya sendiri.

Contoh paling menonjol dari inisiatif ini adalah Canva Design Model. Ini bukan sekadar model penghasil gambar (image generator) biasa. Model ini dirancang untuk menciptakan gambar yang dapat diedit dan terintegrasi sepenuhnya dalam lingkungan desain Canva. Dengan kata lain, gambar yang dihasilkan oleh AI dapat dipecah, dimanipulasi, dan disesuaikan lebih lanjut oleh pengguna, melampaui kemampuan model GenAI generik. Model internal ini menjadi kunci untuk memastikan integrasi yang mulus antara hasil AI dan alur kerja desain yang sudah menjadi ciri khas Canva.

Pengembangan model internal ini tidak hanya tentang fungsionalitas, tetapi juga tentang diferensiasi dan kontrol kualitas atas pengalaman desain inti.

Pilar 2: Pemanfaatan Model Pihak Ketiga dan Kemitraan Strategis

Inovasi GenAI bergerak terlalu cepat bagi satu perusahaan untuk membangun segalanya sendirian. Di sinilah letak kecerdasan strategi Canva. Daripada mencoba membangun model bahasa besar (LLM) atau model text-to-image yang setara dengan pemain kelas dunia, Canva memilih jalur kolaborasi.

Melalui kemitraan strategis, Canva memastikan bahwa mereka dapat mengakses model-model AI paling canggih dan terbaru dari seluruh industri. Kemitraan ini berfungsi sebagai jembatan yang menghubungkan kemampuan terbaik AI global langsung ke user base Canva yang masif.

Kemitraan yang terjalin oleh Canva mencakup nama-nama raksasa yang merupakan ujung tombak revolusi AI:

  • OpenAI: Kemitraan dengan pengembang ChatGPT dan DALL-E ini memberikan akses ke beberapa model GenAI paling kuat di dunia, memungkinkan fitur seperti penghasilan teks dan gambar yang canggih.
  • Google: Kolaborasi dengan Google, yang memiliki model seperti Gemini, membuka peluang integrasi dalam ekosistem yang lebih luas dan pemanfaatan kemampuan pemrosesan data dan model AI Google.
  • Anthropic: Keterlibatan dengan Anthropic, pengembang model Claude, menunjukkan komitmen Canva untuk menawarkan keragaman model dan menjaga standar etika AI yang tinggi, mengingat fokus Anthropic pada Constitutional AI.
  • Black Forest Labs: Kemitraan ini mengindikasikan bahwa Canva juga mencari inovator yang lebih terspesialisasi atau baru muncul, memastikan mereka tidak hanya terpaku pada pemain dominan, tetapi juga mengintegrasikan teknologi cutting-edge yang mungkin kurang umum.

Kemitraan ini memastikan kecepatan (velocity). Canva tidak perlu menghabiskan bertahun-tahun untuk melatih model dari nol; mereka cukup mengintegrasikan model yang sudah teruji dan fokus pada bagaimana model tersebut dapat diterapkan secara paling efektif dalam konteks desain.

Akuisisi sebagai Akselerator Utama

Selain kemitraan, Canva juga menggunakan akuisisi strategis sebagai jalan pintas untuk mendapatkan keahlian, talenta, dan teknologi yang matang. Dalam strategi AI-nya, akuisisi Leonardo menjadi sorotan utama.

Akuisisi Leonardo memberikan akselerasi besar bagi penelitian dan pengembangan AI Canva. Akuisisi ini tidak hanya membawa teknologi, tetapi yang lebih penting, membawa tim peneliti dan pengembang yang berpengalaman. Dalam perlombaan AI, talenta adalah sumber daya paling langka. Dengan mengakuisisi Leonardo, Canva secara instan meningkatkan kemampuan internalnya untuk:

  1. Penelitian Lanjutan: Memperkuat tim internal untuk membangun model yang lebih cerdas dan inovatif.
  2. Percepatan Produk: Dengan para ahli Leonardo, siklus pengembangan fitur AI baru dapat dipercepat secara signifikan.

Akuisisi Leonardo menegaskan bahwa meskipun Canva bermitra untuk mendapatkan akses, mereka juga berinvestasi dalam membangun fondasi keahlian internal yang kuat. Ini adalah langkah yang menjamin bahwa Canva tidak hanya menjadi integrator teknologi, tetapi juga kontributor aktif dalam inovasi AI.

Lapisan Evaluasi: Menjamin Kualitas di Balik Abstraksi

Strategi model yang kompleks membutuhkan mekanisme kontrol yang sama canggihnya. Inilah peran dari lapisan evaluasi yang tangguh (robust evaluation layer) yang dibangun oleh Canva.

Dengan begitu banyak model (internal dan eksternal) yang berpotensi digunakan, Canva tidak bisa sembarangan memilih. Mereka berinvestasi besar dalam membangun sistem evaluasi yang memungkinkan pengujian model baru secara cepat dan akurat. Proses ini melibatkan:

  • Benchmark Otomatis: Menggunakan tolok ukur (benchmark) teknis untuk mengukur kinerja, kecepatan, dan kualitas keluaran model secara objektif.
  • Humans in the Loop (HITL): Melibatkan desainer dan pengguna manusia dalam proses pengujian untuk mengevaluasi hasil AI dari perspektif kreativitas, kegunaan, dan kesesuaian dengan kebutuhan desain.

Lapisan evaluasi ini adalah filter penting. Ini memastikan bahwa terlepas dari model mana pun yang digunakan di belakang layar (OpenAI, Google, atau Model Desain Internal), pengguna Canva selalu ditampilkan dengan output yang paling efektif, relevan, dan berkualitas tinggi. Ini adalah cara Canva menjaga janji untuk menyajikan “model AI terbaik” kepada pengguna.

Kesimpulan: Platform sebagai Eko-Sistem Inovasi

Strategi model AI Canva, yang ditandai dengan kemitraan dan akuisisi, adalah cerminan dari kecerdasan pasar dan kejelian teknologi. Ini bukan hanya tentang menggunakan AI; ini tentang membangun platform yang berfungsi sebagai eko-sistem inovasi.

Dengan menjalin kemitraan, Canva mencapai Skala dan Kecepatan global dalam teknologi AI. Dengan pengembangan model internal dan akuisisi seperti Leonardo, mereka memastikan Diferensiasi dan Kontrol atas pengalaman desain inti mereka. Dan dengan lapisan abstraksi dan evaluasi, mereka menjamin Aksesibilitas dan Kualitas yang konsisten bagi setiap pengguna.

Canva telah menempatkan dirinya sebagai perantara yang cerdas, yang menjembatani teknologi AI paling mutakhir dengan kebutuhan desain sehari-hari. Di era GenAI, strategi model ganda Canva bukan hanya tentang bertahan, melainkan tentang menetapkan standar baru bagi platform kreatif lainnya. Ke depan, ini berarti Canva akan terus menjadi kanvas tak terbatas, didukung oleh jaringan kecerdasan buatan terbaik di dunia.

Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

You May Also Like

Perspektif

India, melalui Kebijakan Pendidikan Nasional 2020, tampak lebih progresif dalam memperkenalkan perubahan yang berorientasi pada pengembangan holistik dan berbasis pengalaman.

Sosok

Ririek Adriansyah adalah contoh nyata dari seseorang yang bangkit dari kesulitan untuk mencapai puncak kesuksesan. Dari pemungut puntung rokok hingga memimpin Telkom Indonesia, perjalanan...

Ragam

Jumlah responden 1.200 orang dianggap cukup untuk mewakili berbagai kelompok masyarakat di Indonesia, baik dari segi usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, dan lokasi

Perspektif

Mengejutkan sekaligus membanggakan, film berjudul ‘Autobiography’ akhirnya mewakili Indonesia untuk berkompetisi di Piala Oscar 2024. Mengejutkan, karena meski merupakan karya perdana Makbul Mubarak, namun...