Monitorday.com- Pasca jatuhnya rezim Bashar al-Assad yang telah berkuasa selama lima dekade, Suriah kini memasuki fase kritis dalam pembentukan pemerintahan baru. Kelompok oposisi yang dipimpin oleh Hayat Tahrir al-Sham (HTS) dan faksi-faksi lainnya telah menguasai ibu kota Damaskus dan mengumumkan berakhirnya era dinasti Assad. Suasana di Damaskus dilaporkan kondusif dengan ribuan warga turun ke jalan merayakan apa yang mereka sebut sebagai “Hari Kebebasan”, menandai akhir dari pemerintahan otoriter yang panjang.
Fokus utama saat ini beralih pada upaya stabilisasi keamanan dan pembentukan badan transisi yang inklusif. Para pemimpin oposisi telah mengeluarkan pernyataan yang menjamin keamanan bagi seluruh warga Suriah, termasuk kelompok minoritas yang sebelumnya mengkhawatirkan aksi balas dendam. Langkah ini diambil untuk mencegah kekosongan kekuasaan (power vacuum) yang dapat memicu anarki atau konflik sekterian baru. Komunitas internasional memantau dengan cermat, mendesak agar proses transisi berjalan damai dan menghormati hak asasi manusia.
Di sisi geopolitik, jatuhnya Assad mengubah peta aliansi di Timur Tengah secara drastis. Rusia, yang merupakan sekutu utama Assad, telah memberikan suaka kepada mantan presiden tersebut namun memberikan sinyal akan bekerja sama dengan penguasa baru demi menjaga kepentingan strategisnya di wilayah tersebut. Sementara itu, negara-negara Barat dan tetangga regional seperti Turki mulai menjajaki hubungan diplomatik dengan otoritas baru di Damaskus, meskipun masih bersikap hati-hati terkait komposisi ideologis dari pemerintahan transisi.
Tantangan terbesar yang dihadapi pemerintahan baru adalah pemulihan infrastruktur yang hancur akibat perang saudara dan penyatuan kembali wilayah-wilayah yang terfragmentasi. Layanan dasar seperti listrik, air, dan kesehatan menjadi prioritas mendesak untuk memulihkan kepercayaan publik. Selain itu, nasib jutaan pengungsi Suriah yang tersebar di negara-negara tetangga dan Eropa kini menjadi topik pembahasan utama, dengan harapan bahwa stabilitas baru akan memungkinkan mereka untuk kembali ke tanah air.
Perkembangan di Suriah ini dianggap sebagai salah satu peristiwa paling signifikan di abad ke-21, yang tidak hanya mengakhiri salah satu konflik paling berdarah di era modern tetapi juga membuka peluang bagi restrukturisasi politik di kawasan Levant. Dunia kini menanti apakah janji demokrasi dan kebebasan yang didengungkan oleh para pemberontak dapat diterjemahkan menjadi pemerintahan yang stabil dan adil bagi seluruh rakyat Suriah.





















