Connect with us

Hi, what are you looking for?

Ragam

AI Canggih untuk Penyandang Tunanetra

Proyek ini menggabungkan teknologi seperti Raspberry Pi, kamera, sensor ultrasonik, dan model AI seperti ChatGPT, serta aplikasi pendamping untuk memberikan navigasi, peringatan suara, dan pemantauan jarak jauh. 

Poin Penting:

  1. Vision Cap membantu tunanetra bernavigasi dengan topi pintar dan aplikasi berbasis AI.
  2. Teknologi seperti ChatGPT dan sensor digunakan untuk mendeteksi lingkungan dan memberikan peringatan.
  3. Proyek ini berfokus pada inklusi sosial dan berupaya menjadi produk nyata yang terjangkau.

Dalam sesi Presentasi Finalis Dewasa Global AI Hackathon 2025, salah satu proyek yang menarik perhatian adalah Vision Cap, sebuah topi pintar dengan aplikasi pendamping yang dirancang untuk meningkatkan mobilitas dan keselamatan penyandang tunanetra. Proyek ini dipresentasikan oleh Kushell, anggota tim multidisipliner yang berkontribusi pada aspek perangkat keras, perangkat lunak, dan basis data dari sistem ini.

Vision Cap hadir untuk menjawab masalah nyata yang dihadapi oleh penyandang tunanetra di seluruh dunia. Berdasarkan data global, sekitar 2,2 miliar orang menderita gangguan penglihatan, dan 285 juta di antaranya mengalami tantangan mobilitas yang signifikan. Tak hanya berdampak pada kualitas hidup, masalah ini juga berkontribusi pada 1,2 juta kematian tahunan akibat kecelakaan lalu lintas, terutama bagi mereka yang memiliki keterbatasan penglihatan.

Inspirasi pribadi Kushell berakar dari seorang teman yang memiliki anak tunanetra. Anak tersebut, yang baru berusia lima tahun, menunjukkan perilaku adaptif seperti meraba dinding untuk mencari arah atau menutupi kepala karena takut terjatuh. Pengalaman ini membuka mata Kushell terhadap kebutuhan akan solusi mobilitas yang aman dan intuitif bagi tunanetra sejak usia dini.

Pembangunan Berkelanjutan PBB (UN SDGs), khususnya target 3.6, yang bertujuan untuk mengurangi separuh jumlah kematian dan cedera akibat kecelakaan lalu lintas pada tahun 2030. Dengan teknologi yang mendukung keselamatan jalan, Vision Cap secara langsung berkontribusi pada upaya global ini.

Vision Cap menggabungkan berbagai komponen perangkat keras dan perangkat lunak mutakhir:

Komponen Perangkat Keras:

  • Kamera Raspberry Pi IMX500 dengan NPU: Memungkinkan pemrosesan visual langsung di dalam kamera, mengurangi beban CPU utama.
  • Sensor Ultrasonik: Ditempatkan di sisi kiri topi, bekerja efektif di lingkungan dalam ruangan dan dapat mati otomatis saat tidak diperlukan di luar ruangan.
  • Kamera Penglihatan Malam: Memberi visibilitas tambahan dari belakang dalam kondisi cahaya rendah.
  • Raspberry Pi 5: Berfungsi sebagai otak sistem, menjalankan berbagai proses meskipun membutuhkan konsumsi daya besar.

Komponen Perangkat Lunak & AI:

  • Model AI dan Machine Learning: Digunakan untuk pengenalan objek dan skenario di sekitar pengguna.
  • Integrasi OpenAI: ChatGPT digunakan untuk mendeskripsikan kondisi di depan pengguna, memungkinkan komunikasi dua arah seperti “Apa yang ada di depan saya?”.
  • Sistem yang Dipersonalisasi: AI terus belajar dari pengguna, mengenali tempat-tempat familiar dan preferensi navigasi mereka.
  • Pengembangan Aplikasi dengan MIT App Inventor: Meskipun pengembangan aplikasi Android awalnya menantang, penggunaan platform berbasis blok ini mempermudah pembuatan antarmuka yang ramah pengguna.

Vision Cap lebih dari sekadar perangkat wearable—ia hadir dengan aplikasi pendamping yang memperluas fungsi dan kenyamanan pengguna:

  • Peringatan Suara dan Navigasi: Memberikan arahan serta notifikasi audio terkait objek atau orang di sekitar.
  • Fitur Darurat dan Pemantauan: Aplikasi dapat mengirim notifikasi darurat dan memungkinkan orang tua/pengasuh untuk memantau anak secara real time.
  • Umpan Balik Langsung dan Hemat Daya: Fitur video langsung bisa dimatikan sesuai kebutuhan untuk menghemat baterai.
  • Cadangan Fungsi di Aplikasi: Saat topi kehabisan daya, aplikasi tetap dapat menjalankan fungsi utama.
  • Penyesuaian Sensor: Jangkauan sensor dapat disesuaikan tergantung lingkungan, mencegah peringatan berlebihan.
  • Deteksi Objek dan Perintah Suara: AI dapat membantu mencari barang seperti mainan serta menerima perintah suara seperti “bawa saya ke taman.”
  • Rekaman Darurat: Sistem mampu merekam video singkat selama dua detik dalam kondisi berbahaya.
  • Peringatan Audio Visual: Memberikan peringatan seperti “Stay alert. Person ahead.” dengan intensitas yang sedang disesuaikan agar tidak mengganggu kenyamanan pengguna.

Dalam presentasinya, Kushell menekankan bahwa Vision Cap bukanlah konsep belaka. Proyek ini dimaksudkan sebagai solusi nyata yang siap digunakan oleh masyarakat luas. Tantangan utama yang masih dihadapi adalah menekan biaya produksi agar tetap terjangkau, tanpa mengorbankan kualitas sensor dan perangkat keras yang digunakan.

Melalui Vision Cap, Kushell ingin menunjukkan bahwa teknologi AI bukan hanya untuk hiburan atau industri besar, melainkan juga alat pemberdayaan bagi mereka yang menghadapi hambatan fisik. Topi pintar ini berpotensi merevolusi mobilitas dan kemandirian penyandang tunanetra, membuka jalan bagi inklusi teknologi dalam kehidupan sehari-hari.

Vision Cap menjadi proyek pertama yang dipresentasikan dalam sesi finalis dewasa. Berbeda dari sesi anak muda, tidak ada sesi tanya jawab atau penjurian langsung. Setiap peserta dewasa hanya diberikan waktu lima menit untuk menyampaikan proyeknya. Untuk pertanyaan lebih lanjut, peserta lain diundang untuk berdiskusi secara personal setelah sesi berlangsung.

Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

You May Also Like

Sosok

Ririek Adriansyah adalah contoh nyata dari seseorang yang bangkit dari kesulitan untuk mencapai puncak kesuksesan. Dari pemungut puntung rokok hingga memimpin Telkom Indonesia, perjalanan...

Perspektif

Mengejutkan sekaligus membanggakan, film berjudul ‘Autobiography’ akhirnya mewakili Indonesia untuk berkompetisi di Piala Oscar 2024. Mengejutkan, karena meski merupakan karya perdana Makbul Mubarak, namun...

Ragam

Jumlah responden 1.200 orang dianggap cukup untuk mewakili berbagai kelompok masyarakat di Indonesia, baik dari segi usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, dan lokasi

Perspektif

India, melalui Kebijakan Pendidikan Nasional 2020, tampak lebih progresif dalam memperkenalkan perubahan yang berorientasi pada pengembangan holistik dan berbasis pengalaman.