Poin Utama:
- Program Koding dan Kecerdasan Artifisial (KKA) mulai diterapkan di sekolah dasar dan menengah sebagai kurikulum nasional baru.
- AI dimanfaatkan untuk analisis hasil belajar, asesmen otomatis, dan rekomendasi pembelajaran personal.
- Tantangan utama terletak pada kesiapan guru, infrastruktur digital, dan literasi AI di kalangan peserta didik.
Pendidikan Indonesia kini memasuki era baru dengan integrasi Kecerdasan Artifisial (KA) (Artificial Intelligence/AI) dalam sistem pembelajaran. AI bukan hanya alat bantu teknologi, melainkan bagian dari ekosistem belajar yang menyesuaikan materi, gaya, dan tempo pembelajaran dengan kebutuhan masing-masing siswa.
Kementerian Pendidikan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) melalui Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah telah meluncurkan program Koding dan Kecerdasan Artifisial (KKA) sebagai salah satu langkah strategis menuju Indonesia Emas 2045.
“AI di dunia pendidikan bukan sekadar mengenalkan teknologi, tetapi mengubah cara berpikir, dari belajar menghafal menjadi belajar memecahkan masalah,” ujar Menteri Pendidikan, Riset, dan Teknologi Abdul Mu’ti dalam Forum Pendidikan Nasional 2025 di Jakarta.
Peran guru tidak berkurang dengan hadirnya AIjustru semakin penting. AI kini digunakan untuk membantu guru dalam menganalisis capaian pembelajaran siswa melalui sistem asesmen otomatis yang dapat membaca pola kesulitan belajar dan memberikan umpan balik secara cepat.
Sistem seperti AI Learning Dashboard yang dikembangkan oleh Pusdatin Kemendikdasmen memungkinkan guru memantau kemajuan setiap siswa secara real time.
Selain itu, AI juga digunakan untuk membantu penyusunan rencana pelajaran adaptif, menciptakan kuis interaktif, dan mengidentifikasi minat serta gaya belajar siswa. Dengan data dan AI, guru bisa menjadi mentor yang lebih efektif dan manusiawi.
Penerapan AI membuat pengalaman belajar lebih personal. Siswa dapat berinteraksi dengan tutor virtual yang dirancang untuk menjawab pertanyaan, memberikan contoh latihan tambahan, hingga mengarahkan mereka ke sumber belajar sesuai minat.
Salah satu sekolah yang menjadi pilot project, SMP Negeri 1 Surakarta, melaporkan peningkatan 25 persen pada hasil belajar siswa setelah menerapkan sistem AI Learning Companion selama enam bulan. Siswa merasa lebih percaya diri dan terbantu dalam memahami pelajaran yang sulit.
Selain pembelajaran daring, AI juga digunakan dalam kegiatan unplugged coding, yaitu pembelajaran konsep logika dan berpikir komputasional tanpa perangkat digital, agar siswa memahami dasar berpikir di balik teknologi.
Meski potensinya besar, penerapan AI di pendidikan menghadapi sejumlah tantangan. Masih banyak sekolah dengan keterbatasan akses internet, perangkat digital, dan kapasitas guru dalam menggunakan teknologi berbasis AI.
Kemendikdasmen perlu menyiapkan panduan nasional AI in Education Framework yang menekankan tiga aspek: literasi digital guru, keamanan data siswa, dan prinsip etika AI.
Transformasi pendidikan tidak hanya soal perangkat keras, tapi juga kesiapan budaya belajar baru. AI harus menjadi mitra, bukan pengganti guru. Penerapan AI menandai perubahan mendasar dalam filosofi pendidikan Indonesia: dari sistem yang seragam menuju pembelajaran yang personal, inklusif, dan berbasis data.
Dengan strategi nasional pembelajaran digital dan kurikulum KKA yang terus diperluas hingga 2030, Indonesia mulai menapaki jalur pendidikan masa depandi mana teknologi dan kemanusiaan berjalan beriringan. AI membantu guru mengajar lebih baik, dan murid belajar lebih bermakna.
