Connect with us

Hi, what are you looking for?

Ragam

Dunia Medis dan Kecerdasan Artifisial

Teknologi Kecerdasan Artifisial (KA) kini menjadi mitra baru dokter dalam mendiagnosis penyakit, membaca citra medis, dan merancang perawatan pasien. Namun, kemajuan ini juga memunculkan dilema etika dan tanggung jawab hukum di dunia kesehatan.

Poin Utama:

  1. Rumah sakit di Indonesia mulai menggunakan AI untuk deteksi dini kanker, analisis radiologi, dan manajemen rekam medis.
  2. Kemenkes menyiapkan regulasi penggunaan AI medis agar tetap sesuai dengan prinsip keamanan dan etika profesi.
  3. Tantangan terbesar meliputi perlindungan data pasien, tanggung jawab hukum, dan validasi hasil diagnosis AI.

Perkembangan Kecerdasan Artifisial (KA) membawa perubahan signifikan dalam dunia medis. Dengan kemampuan mengolah data besar dan mengenali pola kompleks, AI kini digunakan untuk membantu dokter dalam menganalisis hasil laboratorium, membaca citra rontgen, hingga mendeteksi penyakit kronis lebih cepat.

Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta menjadi salah satu pelopor penerapan sistem AI-based Imaging Analysis untuk mendeteksi kanker paru dan stroke. Dengan teknologi ini, akurasi diagnosis meningkat hingga 94 persen dan waktu pemeriksaan berkurang setengahnya. AI mempercepat proses diagnosis tanpa mengurangi kendali dokter. Ini bukan pengganti manusia, tetapi alat bantu klinis yang memperkuat keputusan medis.

Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mendorong digitalisasi rumah sakit melalui Blueprint Transformasi Digital Kesehatan 2025–2030. Salah satu pilar utamanya adalah penggunaan Kecerdasan Artifisial (KA) untuk mendukung efisiensi pelayanan.

Sistem AI kini digunakan untuk memprediksi risiko penyakit berbasis gaya hidup, mengatur jadwal perawatan pasien kronis, dan memantau kondisi pasien jarak jauh melalui perangkat wearable health monitor. AI mampu menghubungkan data dari berbagai sumberrekam medis, laboratorium, hingga aplikasi kesehatansehingga pelayanan bisa lebih personal dan preventif.

Selain di rumah sakit besar, startup kesehatan seperti Halodoc dan Alodokter juga mengintegrasikan AI dalam fitur konsultasi virtual. Sistem mereka menggunakan algoritma bahasa alami untuk menyaring gejala awal dan memberikan rekomendasi medis awal sebelum pasien bertemu dokter.

Meski menjanjikan efisiensi tinggi, pemanfaatan AI dalam dunia medis juga memunculkan dilema etik dan hukum. Salah satu isu utama adalah tanggung jawab jika terjadi kesalahan diagnosis yang dihasilkan oleh sistem otomatis.

Keputusan akhir medis tetap harus berada di tangan dokter. AI hanya alat bantu. Dokter tetap memegang tanggung jawab profesional dan etik atas setiap keputusan klinis. Isu lain yang menjadi perhatian adalah keamanan data pasien. Dengan meningkatnya volume data medis yang disimpan dalam sistem digital, risiko kebocoran dan penyalahgunaan data pribadi ikut meningkat.

Komisi Perlindungan Data Pribadi (KPDP) menegaskan bahwa setiap lembaga layanan kesehatan wajib menerapkan data encryption dan consent management sebelum mengolah data pasien dengan AI.

Kemenkes bersama BPOM tengah menyiapkan pedoman Good AI Medical Practice yang akan mengatur sertifikasi dan pengawasan sistem AI medis. Tujuannya agar setiap algoritma yang digunakan di rumah sakit telah melalui uji klinis, validasi etis, dan penilaian keamanan.

Selain itu, lembaga riset seperti BRIN bekerja sama dengan fakultas kedokteran UI untuk mengembangkan AI Explainability Framework  sistem yang menjelaskan bagaimana AI membuat keputusan medis agar dokter dapat memahami dan memverifikasi proses di balik diagnosis.

Transparansi adalah kunci. Dokter harus tahu alasan di balik keputusan algoritma. Integrasi AI ke dalam sistem kesehatan menandai babak baru dunia medis: cepat, efisien, dan berbasis data. Namun, esensi layanan kesehatan tetap pada nilai kemanusiaanempati, tanggung jawab, dan kepercayaan antara dokter dan pasien. AI memperkuat kemampuan dokter, tetapi tidak bisa menggantikan sentuhan manusia.

Dengan regulasi yang tepat, AI dapat menjadi alat bantu untuk mewujudkan sistem kesehatan Indonesia yang lebih prediktif, personal, dan preventif tanpa kehilangan nilai etik profesi di dalamnya.

Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

You May Also Like

Sosok

Ririek Adriansyah adalah contoh nyata dari seseorang yang bangkit dari kesulitan untuk mencapai puncak kesuksesan. Dari pemungut puntung rokok hingga memimpin Telkom Indonesia, perjalanan...

Perspektif

India, melalui Kebijakan Pendidikan Nasional 2020, tampak lebih progresif dalam memperkenalkan perubahan yang berorientasi pada pengembangan holistik dan berbasis pengalaman.

Ragam

Jumlah responden 1.200 orang dianggap cukup untuk mewakili berbagai kelompok masyarakat di Indonesia, baik dari segi usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, dan lokasi

Perspektif

Mengejutkan sekaligus membanggakan, film berjudul ‘Autobiography’ akhirnya mewakili Indonesia untuk berkompetisi di Piala Oscar 2024. Mengejutkan, karena meski merupakan karya perdana Makbul Mubarak, namun...