Connect with us

Hi, what are you looking for?

Perspektif

APEC Di Tengah Ketegangan Perdagangan AS Tiongkok

Kehadiran kedua pemimpin di negara yang sama di tengah meningkatnya ketegangan perdagangan dan persaingan strategis antara Washington dan Beijing

Korea Selatan akan menjadi pusat diplomasi global minggu depan saat negara itu bersiap menjadi tuan rumah bagi dua pemimpin negara terkuat di dunia. Penasihat keamanan utama Seoul, Wi Sung-lac, mengonfirmasi pada hari Jumat bahwa Presiden Amerika Serikat Donald Trump dan Presiden Tiongkok Xi Jinping akan melakukan kunjungan kenegaraan ke Korea Selatan. Kunjungan ganda yang langka ini bertepatan dengan penyelenggaraan pertemuan para pemimpin Kerja Sama Ekonomi Asia-Pasifik (APEC) di Gyeongju.

Kehadiran kedua pemimpin di negara yang sama di tengah meningkatnya ketegangan perdagangan dan persaingan strategis antara Washington dan Beijing menempatkan Korea Selatan dalam posisi yang unik sekaligus menantang. Presiden Korea Selatan, Lee Jae Myung, dijadwalkan akan mengadakan pertemuan puncak terpisah dengan kedua pemimpin tersebut. Ini adalah sebuah manuver diplomatik tingkat tinggi yang oleh pemerintah Seoul diharapkan dapat menyoroti perannya sebagai platform untuk stabilitas regional. Wi Sung-lac menyatakan bahwa melalui rangkaian pertemuan puncak ini, Korea Selatan bertujuan untuk membangun konsensus untuk perdamaian, kemakmuran, dan stabilitas di kawasan.

Kunjungan kenegaraan ini memiliki jadwal yang padat. Presiden Lee akan mengadakan pertemuan puncaknya yang kedua dengan Presiden Trump pada 29 Oktober. Sehari setelahnya, pada 30 Oktober, Presiden Trump dan Presiden Xi Jinping akan mengadakan pertemuan puncak bilateral mereka sendiri. Ini akan menjadi pertemuan tatap muka pertama antara pemimpin AS dan Tiongkok dalam enam tahun, sebuah periode yang diwarnai oleh perang dagang yang sengit dan meningkatnya ketidakpercayaan. Setelah itu, pada 1 November, Presiden Lee akan mengadakan pertemuan puncaknya yang pertama dengan Presiden Xi, yang menandai kunjungan pertama Xi ke Korea Selatan dalam 11 tahun.

Bagi Seoul, pertaruhannya sangat tinggi. Pertemuan antara Presiden Lee dan Presiden Trump akan berfokus pada isu-isu keamanan yang mendesak serta negosiasi perdagangan yang alot. Kedua negara sekutu ini dilaporkan masih memiliki perbedaan yang “tajam” mengenai paket investasi senilai $350 miliar yang dijanjikan oleh Korea Selatan. Paket ini merupakan bagian penting dari kesepakatan yang lebih besar untuk menurunkan tarif AS atas barang-barang ekspor utama Korea, termasuk mobil, dari 25 persen menjadi 15 persen. Pemerintah Korea Selatan berharap dapat mencapai kemajuan dalam negosiasi yang sulit ini, meskipun hasilnya masih belum dapat diprediksi.

Di sisi lain, pertemuan antara Presiden Lee dan Presiden Xi diharapkan akan lebih berfokus pada pendalaman kemitraan bilateral dan kerja sama dalam isu-isu regional, terutama yang berkaitan dengan Korea Utara. Kunjungan Xi yang telah lama ditunggu-tunggu ini dilihat sebagai peluang untuk memulihkan dan memperkuat hubungan ekonomi dan politik setelah beberapa tahun yang penuh gejolak. Kantor kepresidenan di Seoul mengindikasikan bahwa agenda pembicaraan akan mencakup cara-cara untuk memperdalam hubungan dan situasi regional, meskipun agenda pastinya belum dikonfirmasi.

Namun, sorotan utama dunia tidak diragukan lagi akan tertuju pada pertemuan Trump dan Xi pada 30 Oktober. Pertemuan ini terjadi di tengah meningkatnya perang dagang antara kedua raksasa ekonomi tersebut. Baru-baru ini, AS mengancam akan memberlakukan tarif 100 persen sebagai balasan atas kontrol ekspor mineral tanah jarang yang diperluas oleh Tiongkok. Para pejabat dari kedua belah pihak saat ini sedang mengadakan pembicaraan darurat di Malaysia dalam upaya untuk meredakan situasi sebelum KTT ini berlangsung. Hasil dari pertemuan Trump-Xi di Gyeongju dapat menentukan arah ekonomi global untuk beberapa waktu ke depan, apakah akan terjadi eskalasi lebih lanjut atau jeda yang sangat dibutuhkan.

Penyelenggaraan forum APEC, yang pertama kali diadakan di Korea Selatan dalam 20 tahun, memberikan Presiden Lee kesempatan langka untuk berinteraksi dengan para pemimpin paling kuat di dunia di kandangnya sendiri, hanya empat bulan setelah ia menjabat. Dengan menjadi tuan rumah bagi KTT AS-Tiongkok dan mengadakan pertemuan terpisah dengan keduanya, Korea Selatan secara aktif memposisikan dirinya bukan sebagai pengamat pasif dalam persaingan kekuatan besar, tetapi sebagai mediator aktif dan kekuatan penstabil di Asia. Keberhasilan manuver diplomatik ini akan sangat bergantung pada kemampuan Seoul untuk menavigasi tuntutan yang saling bertentangan dari sekutu keamanan utamanya dan mitra dagang terbesarnya.

Berikut adalah 3 poin penting dari artikel ini:

  • Presiden AS Donald Trump dan Presiden Tiongkok Xi Jinping akan melakukan kunjungan kenegaraan ke Korea Selatan minggu depan untuk KTT APEC.
  • Presiden Korea Selatan Lee Jae Myung akan mengadakan pertemuan puncak terpisah dengan Trump (29 Okt) dan Xi (1 Nov), sementara KTT Trump-Xi akan diadakan pada 30 Oktober.
  • Pertemuan ini terjadi di tengah ketegangan perdagangan AS-Tiongkok yang tinggi dan negosiasi tarif yang sulit antara AS dan Korea Selatan.

Kata Kunci:

APEC, Korea Selatan, Trump, Xi Jinping, KTT

Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

You May Also Like

Sosok

Ririek Adriansyah adalah contoh nyata dari seseorang yang bangkit dari kesulitan untuk mencapai puncak kesuksesan. Dari pemungut puntung rokok hingga memimpin Telkom Indonesia, perjalanan...

Perspektif

India, melalui Kebijakan Pendidikan Nasional 2020, tampak lebih progresif dalam memperkenalkan perubahan yang berorientasi pada pengembangan holistik dan berbasis pengalaman.

Ragam

Jumlah responden 1.200 orang dianggap cukup untuk mewakili berbagai kelompok masyarakat di Indonesia, baik dari segi usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, dan lokasi

Perspektif

Mengejutkan sekaligus membanggakan, film berjudul ‘Autobiography’ akhirnya mewakili Indonesia untuk berkompetisi di Piala Oscar 2024. Mengejutkan, karena meski merupakan karya perdana Makbul Mubarak, namun...