Jepang adalah salah satu negara terkemuka di dunia dalam bidang kecerdasan buatan (AI). Meski begitu banyak pihak menilai Jepang lamban dalam pengembangannya. Padahal, perusahaan-perusahaan Jepang telah berinvestasi besar-besaran dalam penelitian dan pengembangan AI, dan telah mencapai kemajuan yang signifikan dalam berbagai bidang, termasuk visi komputer, pemrosesan bahasa alami, dan pembelajaran mesin.
Beberapa contoh AI yang dikembangkan perusahaan-perusahaan Jepang antara lain pemrosesan bahasa alami: Perusahaan Jepang seperti Fujitsu, NEC, dan Sony telah mengembangkan teknologi pemrosesan bahasa alami yang canggih, yang dapat digunakan untuk berbagai aplikasi, termasuk terjemahan bahasa, pengenalan suara, dan pemrosesan informasi.
Disamping itu perusahaan Jepang seperti Toyota, Honda, dan Panasonic telah mengembangkan teknologi visi komputer yang canggih, yang dapat digunakan untuk berbagai aplikasi, termasuk otomasi industri, pengenalan wajah, dan pencitraan medis.
Sementara perusahaan Jepang seperti SoftBank, Rakuten, dan NTT telah mengembangkan teknologi pembelajaran mesin yang canggih, yang dapat digunakan untuk berbagai aplikasi, termasuk rekomendasi produk, analisis data, dan pengembangan produk baru.
AI telah diterapkan dalam berbagai bidang di Jepang, termasuk manufaktur, transportasi, kesehatan, dan jasa keuangan. Misalnya, AI digunakan untuk meningkatkan efisiensi produksi di pabrik, untuk mengembangkan kendaraan otonom, untuk mendiagnosis penyakit, dan untuk memberikan layanan pelanggan yang lebih baik.
Pemerintah Jepang juga mendukung pengembangan AI. Pada tahun 2020, pemerintah Jepang mengumumkan rencana untuk berinvestasi 1 triliun yen (US$8,8 miliar) dalam penelitian dan pengembangan AI selama lima tahun ke depan.
Dengan kemajuan yang telah dicapai oleh perusahaan-perusahaan Jepang dalam bidang AI, dapat diperkirakan bahwa teknologi ini akan memainkan peran yang semakin penting dalam perekonomian Jepang dan masyarakat Jepang secara keseluruhan.
Perusahaan manufaktur Jepang seperti Toyota, Honda, dan Panasonic menggunakan AI untuk meningkatkan efisiensi produksi, mengurangi biaya, dan meningkatkan kualitas produk. Misalnya, Toyota menggunakan AI untuk memantau mesin di pabriknya, sehingga dapat mendeteksi masalah sebelum menyebabkan kerusakan.
Perusahaan transportasi Jepang seperti JR East dan Yamato Transport menggunakan AI untuk mengembangkan kendaraan otonom dan sistem pengiriman yang lebih efisien. Misalnya, JR East sedang mengembangkan kereta api tanpa awak yang dapat beroperasi di jalur kereta api berkecepatan tinggi.
Perusahaan kesehatan Jepang seperti Toshiba dan Fujifilm menggunakan AI untuk mengembangkan alat diagnostik dan perawatan baru. Misalnya, Toshiba mengembangkan perangkat ultrasound AI yang dapat mendeteksi kanker dengan lebih akurat daripada metode konvensional.
Perusahaan jasa keuangan Jepang seperti Mizuho dan Nomura menggunakan AI untuk memberikan layanan pelanggan yang lebih baik dan mengembangkan produk keuangan baru. Misalnya, Mizuho menggunakan AI untuk memberikan saran investasi yang disesuaikan dengan profil risiko masing-masing nasabah.
AI memiliki potensi untuk mengubah berbagai bidang kehidupan di Jepang, dan perusahaan-perusahaan Jepang berada di garis depan dalam pengembangan teknologi ini.
Perusahaan rintisan Jepang dalam industri AI dikritik karena lamban dibandingkan dengan perusahaan sejenis di negara lain. Salah satu alasan adalah kurangnya penerimaan masyarakat terhadap start-up di Jepang. Start-up dianggap kurang diakui dibandingkan dengan perusahaan “shinise” yang sudah mapan. Namun, karakterisasi ini sedang berubah seiring dengan perubahan mindset orang Jepang terhadap gagal dan mengambil risiko.
Di seluruh dunia, pemerintah masih bergulat dengan regulasi terkait AI. Uni Eropa, misalnya, telah mengusulkan Undang-Undang Kecerdasan Buatan yang akan memberlakukan kerangka hukum yang ketat terkait AI dan harus diikuti oleh perusahaan-perusahaan. Di Inggris, mereka telah menetapkan visi terkait masa depan AI mereka pada Maret dan mengesampingkan regulator khusus. China juga berencana untuk membuat perusahaan memberi tahu pengguna setiap kali algoritma AI digunakan.
AI memiliki potensi untuk menggantikan banyak pekerjaan. Sebuah laporan dari Goldman Sachs menyatakan bahwa AI bisa menggantikan setara dengan 300 juta pekerjaan penuh waktu di seluruh dunia. Namun, laporan tersebut juga mengidentifikasi potensi yang besar bagi banyak sektor, dengan perkiraan bahwa AI bisa meningkatkan PDB global sebesar 7%. Beberapa bidang, seperti kedokteran dan sains, sudah memanfaatkan AI untuk membantu dalam pengembangan obat baru dan diagnosis penyakit.
]
Meskipun banyak orang merasa cemas terhadap dampak AI, para ahli menekankan bahwa individu masih memiliki kekuasaan untuk memutuskan seberapa banyak mereka akan khawatir. Dengan keterampilan yang tepat, individu bisa berkembang seiring dengan kemajuan teknologi AI ini.
AI telah memberikan dampak positif dalam berbagai industri. Lebih dari 95% eksekutif mengatakan bahwa AI memiliki dampak positif pada industri mereka. Lebih dari 40% konsumen percaya bahwa AI meningkatkan kehidupan mereka dalam beberapa hal, seperti membantu mereka menemukan jawaban dengan cepat dan meningkatkan layanan pelanggan melalui penggunaan chatbot.
Selain itu, keahlian dalam NLP (Natural Language Processing), machine learning, dan deep learning menjadi keterampilan yang paling dibutuhkan di pasar kerja saat ini.