Apa jadinya bila kita terlalu sering menggunakan antibiotik? Penggunaan antibiotik dapat memiliki dampak negatif pada tubuh, terutama jika digunakan secara berlebihan atau dalam jangka waktu yang lama.
Beberapa dampak penggunaan antibiotik adalah gangguan pencernaan seperti perut kembung, mual, muntah, dan diare. Lalu, reaksi alerg, infeksi jamur, sensitif terhadap cahaya, perubahan warna gigi, dan resistensi antibiotik yaitu ketika bakteri menjadi kebal terhadap antibiotik karena penggunaan yang berlebihan atau tidak tepat. Dalam beberapa kasus, penggunaan antibiotik juga dapat menyebabkan efek samping yang lebih serius seperti gagal ginjal dan perubahan pada darah.
Maka para ilmuwan pun terus melakukan riset untuk mengembangkan alternatif lain untuk membunuh bakteri patogen. Jawabannya adalah bakteriofag. Virus yang menginfeksi bakteri. Kata “bakteriofag” berasal dari bahasa Yunani, yaitu “bakterion” yang berarti bakteri dan “phagein” yang berarti memakan. Jadi, bakteriofag secara harfiah berarti “pemakan bakteri”.
Bakteriofag memiliki berbagai bentuk, ukuran, dan struktur. Namun, secara umum, struktur bakteriofag terdiri dari tiga bagian utama, yaitu kepala, leher, dan ekor. Kepala mengandung materi genetik bakteriofag, yaitu DNA atau RNA. Leher menghubungkan kepala dengan ekor. Ekor berfungsi untuk menempel pada sel bakteri dan memasukkan materi genetik bakteriofag ke dalam sel bakteri.
Bakteriofag memiliki dua daur hidup, yaitu daur litik dan daur lisogenik. Pada daur litik, bakteriofag menginfeksi sel bakteri dan melepaskan enzim yang menghancurkan sel bakteri. Hasilnya, sel bakteri pecah dan bakteriofag baru akan dilepaskan.
Pada daur lisogenik, bakteriofag memasukkan materi genetiknya ke dalam materi genetik sel bakteri. Materi genetik bakteriofag akan terintegrasi dengan materi genetik sel bakteri dan diwariskan ke generasi sel bakteri berikutnya. Bakteriofag yang berada dalam keadaan lisogenik tidak akan aktif. Namun, bakteriofag dapat menjadi aktif kembali dan memasuki daur litik jika sel bakteri mengalami stres.
Bakteriofag memiliki potensi untuk dimanfaatkan sebagai terapi penyakit akibat infeksi bakteri. Bakteriofag dapat digunakan untuk membunuh bakteri penyebab penyakit secara spesifik. Bakteriofag juga memiliki potensi untuk digunakan sebagai terapi untuk penyakit yang disebabkan oleh bakteri yang resisten terhadap antibiotik.
Selain itu, bakteriofag juga dapat dimanfaatkan untuk mengendalikan pertumbuhan bakteri dalam makanan. Bakteriofag dapat digunakan untuk mencegah pertumbuhan bakteri patogen dalam makanan, sehingga dapat mencegah keracunan makanan.
Saat ini, penelitian tentang bakteriofag masih terus dilakukan. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan bakteriofag menjadi terapi yang efektif dan aman untuk berbagai penyakit.
Bakteriofag adalah virus yang secara khusus menargetkan bakteri, sedangkan antibiotik adalah senyawa kimia yang digunakan untuk membunuh atau menghambat pertumbuhan bakteri. Berikut adalah perbedaan antara bakteriofag dan antibiotik:
Bakteriofag hanya mematikan bakteri yang ditargetkan, sedangkan antibiotik dapat membunuh atau menghambat pertumbuhan bakteri yang tidak ditargetkan. Hanya satu bakteriofag yang dibutuhkan untuk membunuh satu bakteri, sedangkan antibiotik membutuhkan dosis yang lebih tinggi.
Bakteriofag hanya menargetkan bakteri tertentu, sedangkan antibiotik dapat menargetkan berbagai jenis bakteri.
Bakteriofag tidak merusak sel manusia, sedangkan antibiotik dapat merusak sel manusia dan mikrobiota.
Bakteriofag dapat dimodifikasi untuk menargetkan bakteri yang resisten terhadap antibiotik, sedangkan antibiotik tidak dapat dimodifikasi untuk menargetkan bakteri yang resisten.