Tentu ada maksud tertentu saat Gibran menyebut ‘bocoran’ program Dana Abadi Pesantren pada bagian paling awal orasinya saat Deklarasi Pasangan Prabowo-Gibran di Indonesia Arena (25/10/2023). Kaum santri menjadi bagian penting dari target kampanye para capres.
Prabowo dan Gibran memang bukan dari latar belakang santri. Keduanya, jika meminjam istilah lama Gertz, mewakili golongan priyayi dan abangan. Atau setidaknya dinasti priyayi modern berpendidikan Barat. Sementara lapisan pemilih santri sangat siginifikan dalam peta elektoral.
Di sisi lain Mahfud MD melengkapi elemen santri yang tidak melekat pada Ganjar. Sebagaimana Ganjar memilih Gus Taj Yasin dalam pilkada Jawa Tengah. Sementara Gus Muhaimin dan Anies Baswedan dua-duanya dekat dengan atribut dan lingkungan santri. Sehingga dapat dimengerti jika Gibran menyebut soal Dana abadi Pesantren di urutan pertama program politiknya.
Dana Abadi Pesantren menjadi isu yang menarik sekaligus penting bagi Indonesia yang tengah berhadapan dengan peluang untuk mendapatkan bonus demografi. Pesantren sebagai lembaga pendidikan akan berperan penting dalam mendongkrak kualitas SDM. Dan pada gilirannya akan mendorong pertumbuhan ekonomi, meningkatkan pendapatan per kapita, dan mengeliminasi kemiskinan.
Sebagai lembaga pendidikan agama, pesantren sering dikaitkan dengan masalah profesionalitas dalam manajemen pembiayaan operasionalnya. Tidak sedikit pesantren yang sudah maju. Tak kurang pula yang harus mencari sumber pendanaan kesana-kemari untuk menutup pengeluaran mereka. Di masa lalu, banyak orang memilih pesantren karena tidak mampu membayar uang sekolah dan asrama.
Untuk menghasilkan pendidikan yang berkualitas dibutuhkan sumber daya yang memadai. Termasuk sumber daya finansial atau dana penyelenggaraan pendidikan. Dan pesantren sangat potensial menjadi lembaga pendidikan yang mandiri.
Presentasi Gibran tentang Dana Abadi Pesantren melengkapi kehadiran Habib Luthfi bin Yahya. Tokoh senior dari kalangan ulama sufi ini dikenal sangat kuat pengaruhnya di kalangan pesantren yang berafiliasi ke NU. Restu dan dukungan Habib Luthfi menjadi jalan spiritual bagi Prabowo Gibran.
Yang perlu diingat menyebut tentang Dana Abadi Pesantren tidak hanya upaya merangkul kaum santri. Penyebutan itu juga menegaskan bahwa Prabowo-Gibran akan melanjutkan dan menyempurnakan program Jokowi. Hal itu terkonfirmasi dari pernyataan Menteri Keuangan Sri Mulyani dan salah satu DIrjennya bahwa apa yang disebut Gibran itu sudah dilakukan Jokowi.
Selebihnya Prabowo-Gibran harus memastikan bahwa santri tidak hanya NU. Ada ribuan pesantren yang tumbuh dan berkembang di luar NU. Sehingga prinsip keadilan dan pemerataan dalam implementasi program Dana Abadi Pesantren dapat dirasakan oleh semua pesantren yang ada di Indonesia dengan berbagai coraknya. Jika secara legal formal sebuah pesantren dapat hidup di Indonesia maka pesantren itu memiliki hak untuk mengakses program tersebut.
Meski sarat dengan misi politik program dana abadi pesantren perlu dikawal dengan seksama. Bukan sekedar janji manis tanpa dampak jangka panjang. Tujuan dana abadi tersebut tentu untuk memandirikan pesantren dari sisi finansial. Kinerja keuangan pesantren dapat diperbaiki dan meningkat signifikan. Kesejahteraan para pengasuh dan para pengajar di dalamnya dapat diperbaiki dan pada akhirnya akan mendorong kegiatan belajar mengajar yang memadai.
Skema dan mekanisme pengelolaan dana abadi harus transparan dan terukur. Target dan outcome dana abadi pendidikan untuk pesantren harus ditetapkan dengan ukuran yang realistis. Jangan sampai program ini justru menjadi lubang ‘skandal’ pengelolaan dana pendidikan yang akan meruntuhkan kredibiltas pesantren di masa yang akan datang.