Demokrasi adalah fondasi bagi bentuk pemerintahan yang memberikan suara kepada semua warganya. Namun, dalam perbincangan Hasan Nasbi, terungkaplah kekhawatiran akan potensi ancaman terhadap demokrasi yang muncul dari oligarki. Hal tersebut diungkapkan Hasan Nasbi dalam sebuah diskusi yang diinisiasi Kanal Youtube Total Politik.
Pandangan Hasan Nasbi sangat menarik untuk dikaji. Oligarki, sebagai fenomena ketika kekuasaan terpusat pada sekelompok kecil individu atau kelompok yang kaya, menghadirkan risiko serius terhadap prinsip-prinsip demokratis. Bagaimana kita dapat memastikan bahwa kekuasaan tidak hanya ada di tangan segelintir orang yang kaya raya?
Oligarki menciptakan ketidakseimbangan dalam pengambilan keputusan dan menempatkan kepentingan sekelompok kecil di atas kepentingan umum. Hasan Nasbi dengan tegas menyatakan bahwa demokrasi sejati memerlukan partisipasi lebih luas dari masyarakat, sehingga menciptakan representasi yang adil dan kebijakan yang melayani kepentingan bersama. Pertanyaannya, bagaimana kita bisa mencapai tujuan ini, dan apakah fundraising menjadi salah satu kunci untuk membuka pintu demokrasi yang lebih inklusif?
Fundraising, dalam konteks politik, bukan hanya tentang pengumpulan dana, tetapi juga tentang partisipasi masyarakat dalam proses pemilihan dan dukungan kepada kandidat atau partai politik tertentu. Hasan Nasbi menyoroti fundraising sebagai alat yang potensial untuk mengatasi risiko oligarki dan mendukung demokrasi inklusif. Dengan memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk berkontribusi secara finansial, fundraising menciptakan jalan bagi partisipasi yang lebih merata dan mendorong terciptanya dukungan politik yang berasal dari berbagai lapisan masyarakat.
Namun, pertanyaan muncul tentang bagaimana hal ini dapat diimplementasikan secara efektif. Hasan Nasbi menyatakan bahwa masyarakat harus terlibat secara aktif dalam fundraising, baik dalam menyumbangkan dana maupun berpartisipasi dalam proses-proses terkait. Ini bukan hanya tentang meminta dana, tetapi juga tentang mendidik masyarakat mengenai pentingnya dukungan finansial dalam memelihara demokrasi yang inklusif.
Sebagai bagian dari diskusi tersebut, Hasan Nasbi menyoroti peran besar fundraising dalam membantu masyarakat menjadi bagian dari proses politik. Mereka menekankan bahwa ini bukan hanya tanggung jawab partai politik atau kandidat, tetapi juga tanggung jawab masyarakat untuk ikut serta secara aktif. Oleh karena itu, fundraising tidak hanya dilihat sebagai alat pengumpulan dana, tetapi sebagai sarana untuk mendidik dan memberdayakan masyarakat.
Namun, ada juga catatan hati-hati terkait potensi risiko dari fundraising yang tidak terkendali. Hasan Nasbi menyatakan bahwa meskipun fundraising dapat membantu menciptakan demokrasi yang lebih inklusif, namun perlu diwaspadai agar tidak menciptakan ketergantungan pada sejumlah kecil kelompok elit. Proses ini haruslah transparan dan terbuka untuk memastikan bahwa semua kontributor dan kandidat mendapatkan perlakuan yang adil.
Selain itu, Hasan Nasbi menyoroti perlunya mempertimbangkan dampak fundraising terhadap proses demokratisasi. Apakah fundraising mengarah pada terjadinya politik uang atau justru menciptakan ruang bagi partisipasi yang lebih luas? Pertanyaan ini mendorong kita untuk memikirkan dengan cermat bagaimana mekanisme fundraising dapat diatur agar mendukung, bukan merusak, tujuan demokrasi.
Sebagai tanggapan terhadap pertanyaan apakah Prabowo berpasangan dengan Gibran adalah blunder, Hasan Nasbi menyatakan bahwa keputusan tersebut harus dilihat dalam konteks dinamika politik dan dukungan publik. Sementara penolakan terhadap putusan Mahkamah Konstitusi (MK) mungkin menciptakan kontroversi, namun bukan berarti keputusan tersebut adalah kesalahan. Hal ini menggarisbawahi kompleksitas dalam mengelola opini publik dan bagaimana keputusan politik dapat diukur dalam jangka panjang.
Hasan Nasbi juga menyoroti bahwa dalam politik, tidak mungkin membuat semua pihak puas. Pilihan pasangan calon selalu akan menuai pro dan kontra. Dalam hal ini, memilih Gibran sebagai pasangan Prabowo dapat dilihat sebagai upaya untuk mendapatkan dukungan dari berbagai kelompok masyarakat. Ini menjadi langkah strategis untuk membentuk koalisi yang merangkul keberagaman dan mendapatkan dukungan yang luas.
Dalam penutup, pandangan Hasan Nasbi memberikan gambaran tentang kompleksitas demokrasi dan tantangan yang dihadapi dalam membangun sistem yang lebih inklusif. Fundraising menjadi kunci untuk membuka pintu bagi partisipasi yang lebih luas, tetapi perlu dielaborasi lebih lanjut untuk memastikan keberlanjutan demokrasi yang sehat. Oleh karena itu, kita diingatkan untuk terus memikirkan inovasi dan strategi yang dapat memperkuat fondasi demokrasi, menjaga keseimbangan kekuasaan, dan menjadikan partisipasi masyarakat sebagai inti dari proses politik.