Survei elektabilitas yang dirilis oleh Indikator Politik Indonesia menjelang Pilpres 2024 memberikan gambaran menarik tentang posisi calon presiden dan potensi hasil pemilihan. Fokus pada pasangan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka, Ganjar Pranowo-Mahfud Md, dan Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar/AMIN, survei ini memberikan wawasan mendalam tentang preferensi pemilih. Namun, analisis harus mempertimbangkan metodologi survei, perubahan elektabilitas, dan interpretasi hasil.
Metode survei yang dilakukan secara tatap muka dengan jumlah sampel yang signifikan (1.220 responden di 38 provinsi) menunjukkan upaya serius untuk mewakili keragaman masyarakat. Penggunaan multistage random sampling dan wawancara tatap muka memberikan fondasi metodologis yang solid. Meskipun demikian, penting untuk mempertimbangkan bahwa hasil survei selalu tergantung pada kualitas metode penarikan sampel.
Dinamika Elektabilitas
Pasangan Prabowo-Gibran memimpin dengan elektabilitas tertinggi (39,7%), diikuti oleh Ganjar-Mahfud (30%) dan Anies-Cak Imin (24,4%). Tidak jawab sebesar 5,9% menunjukkan sejumlah pemilih yang belum memutuskan pilihannya. Hasil ini menciptakan gambaran dinamis tentang persaingan antar-pasangan calon.
Ketika melihat elektabilitas calon tanpa pasangan, Prabowo masih memimpin dengan 40,6%, diikuti oleh Ganjar (27,8%) dan Anies (23,7%). Tidak jawab yang tinggi (7,9%) menimbulkan pertanyaan tentang faktor-faktor yang memengaruhi keputusan pemilih yang belum terdefinisi.
Analisis Hasil Survei
Pendiri Indikator Politik, Burhanuddin Muhtadi, mengungkapkan bahwa Prabowo tetap unggul, sementara Anies dan Ganjar berada dalam margin of error. Penjelasannya tentang potensi dua putaran dan persaingan antara Ganjar dan Anies menciptakan narasi menarik. Namun, pemahaman lebih lanjut tentang bagaimana calon dapat memanfaatkan margin of error menjadi penting.
Penurunan tajam elektabilitas Ganjar, yang diikuti oleh kenaikan Prabowo, menciptakan dinamika menarik. Namun, pertanyaan muncul mengenai sejauh mana perubahan ini mencerminkan dinamika politik sebenarnya atau hanya fluktuasi sementara. Penjelasan bahwa kenaikan Prabowo tidak sebanding dengan penurunan Ganjar memberikan pemahaman lebih lanjut tentang faktor-faktor yang mempengaruhi pergeseran ini.
Membandingkan hasil survei ini dengan survei sebelumnya menunjukkan perubahan signifikan, terutama dengan Prabowo yang naik dari 37% menjadi 40,6%. Burhanuddin mengatribusikan penurunan tajam Ganjar, sebagian, pada perpindahan pendukung Prabowo ke Anies dan peningkatan jumlah yang belum memutuskan pilihannya.
Survei ini memberikan gambaran yang kaya tentang elektabilitas calon presiden dan pasangan calon jelang Pilpres 2024. Namun, penting untuk diingat bahwa hasil survei adalah refleksi momen tertentu dan dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor. Analisis yang cermat dan kontekstual perlu dilakukan untuk memahami implikasi hasil ini dalam konteks dinamika politik yang lebih luas. Dalam situasi ini, opsi dua putaran tampaknya menjadi potensi realitas, tetapi pertanyaan-pertanyaan kunci tetap tentang bagaimana calon akan merespon dinamika ini, terutama dalam menghadapi margin of error yang menjadi bagian penting dari perhitungan politik.
Tentang Survei elektabilitas dilakukan oleh Indikator Politik Indonesia.
- Dilakukan pada 27 Oktober-1 November 2023.
- Melibatkan 1.220 responden di 38 provinsi dengan margin of error + 2,9% pada tingkat kepercayaan 95%.
- Responden adalah warga negara Indonesia, usia minimal 17 tahun atau sudah menikah pada saat survei.
- Metode penarikan sampel: multistage random sampling.
- Teknik pengumpulan data: wawancara tatap muka.
- Elektabilitas Pasangan Calon Jelang Pilpres 2024:
- Pasangan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka memiliki elektabilitas tertinggi (39,7%).
- Pasangan lainnya: Ganjar Pranowo-Mahfud Md (30%), Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar/AMIN (24,4%).
- Tidak jawab: 5,9%.
- Elektabilitas Capres Tanpa Pasangan:
- Prabowo memiliki elektabilitas tertinggi (40,6%) dalam konteks calon tanpa pasangan.
- Ganjar: 27,8%, Anies: 23,7%.
- Tidak jawab: 7,9%.