Besarnya peran agama dan tokoh agama tidak dapat dipungkiri dalam politik nasional. Hal itu juga tampak dalam pertemuan antara Gibran Rakabuming Raka dengan beberapa ulama menunjukkan adanya upaya dari seorang kandidat politik untuk terlibat dalam dialog dengan pemuka agama. Hal ini mencerminkan keinginan untuk membangun kolaborasi antara ranah politik dan keagamaan.
Visi Gibran tentang transformasi santri menjadi generasi 5.0 yang memiliki pengetahuan agama sekaligus pengetahuan teknologi adalah langkah maju dalam menghadapi tuntutan zaman. Pendekatan ini menunjukkan pemikiran untuk mengembangkan pesantren sebagai lembaga pendidikan yang relevan dengan perkembangan teknologi. Transformasi pesantren sebagai lembaga pendidikan tidak hanya fokus pada pembelajaran agama, tetapi juga memasukkan elemen-elemen pendidikan modern dan teknologi ke dalam kurikulum serta metode pembelajarannya.
Pesantren 5.0 bertujuan untuk mengintegrasikan pendidikan agama dengan ilmu pengetahuan modern seperti ilmu pengetahuan umum, teknologi, bahasa asing, dan lain sebagainya. Tujuannya adalah agar santri tidak hanya terampil dalam aspek keagamaan, tetapi juga memiliki pemahaman yang luas dalam ilmu pengetahuan yang relevan dengan tuntutan zaman.
Visi pesantren 5.0 muncul sebagai respons terhadap tuntutan zaman yang semakin mengglobal dan teknologis. Dengan memadukan nilai-nilai keagamaan dengan pengetahuan modern, pesantren diharapkan mampu menghasilkan lulusan yang tidak hanya berkompeten secara keagamaan, tetapi juga mampu bersaing di era globalisasi yang sangat terkoneksi dan berbasis teknologi.
Konsep ini mengadvokasi pemanfaatan teknologi dalam proses pembelajaran di pesantren. Mulai dari penggunaan komputer, internet, platform digital, hingga aplikasi pembelajaran, semuanya diintegrasikan untuk meningkatkan efektivitas pembelajaran dan memperluas akses terhadap pengetahuan.
Pesantren 5.0 tidak hanya fokus pada pengetahuan akademis, tetapi juga pada pengembangan keterampilan abad ke-21 seperti keterampilan berpikir kritis, komunikasi, kolaborasi, dan pemecahan masalah. Hal ini bertujuan untuk mempersiapkan santri agar siap menghadapi tantangan masa depan dalam dunia kerja yang terus berubah. Selain ilmu pengetahuan, pesantren 5.0 juga menekankan pendidikan karakter yang kuat, mengajarkan nilai-nilai moral, etika, kepemimpinan, dan kepedulian sosial kepada para santri.
Pesantren 5.0 mengedepankan kerjasama dengan dunia industri, institusi pendidikan lainnya, serta komunitas lokal untuk memperluas wawasan, memperkaya pengalaman, dan menciptakan peluang bagi para santri. Sikap Gibran yang terbuka menerima masukan dari tokoh agama menunjukkan sikap inklusif dan keinginan untuk membangun rencana kerja yang berbasis pada masukan-masukan dari para ahli dan pemuka agama.
Meskipun visi dan janji yang disampaikan terdengar ambisius dan progresif, kunci keberhasilan sebenarnya terletak pada implementasi dari rencana tersebut. Pengawalan dan perhatian dari para ulama dan kiai dalam mewujudkan program-program yang diusung menjadi faktor penting keberhasilan.
Pertemuan semacam ini menggambarkan hubungan yang erat antara politik dan agama di Indonesia. Keterlibatan tokoh agama dalam memberikan masukan kepada calon politik menunjukkan adanya interaksi yang kuat antara dua bidang ini. Betapa pentingnya kolaborasi antara tokoh politik dan agama dalam membangun kebijakan yang holistik dan responsif terhadap kebutuhan masyarakat, khususnya terkait pendidikan dan pengembangan pesantren.
