TOLERANSI mungkin bukan segalanya di dunia ini, tapi toleransi adalah langkah pertama yang mendorong rasa ingin tahu dan minat seseorang untuk saling memahami dalam sebuah keberagaman.
Termasuk dalam politik. Toleransi dapat mendorong sikap hidup berdampingan secara damai antarsesama kelompok masyarakat yang terikat dalam norma, budaya, dan keyakinan yang beragam.
Dalam masyarakat yang heterogen seperti Indonesia, toleransi merupakan pilihan cerdas dalam memperkuat solidaritas kebangsaan dan kenegaraan. Sehingga, praktek-praktek perkembangan peradaban manusia akan lebih mudah terukur, tertata, dan terkonsolidasi secara matang.
Sementara sikap intoleran dalam masyarakat yang heterogen justru pilihan yang naif, sempit, dan mendistorsi nilai-nilai budaya yang baik dalam masyarakat. Intoleransi menjadi kekuatan arogansi sektoral, melahirkan klaim kebenaran sepihak, dan kebencian terhadap orang lain yang berbeda pandangan.
Narasi penting toleransi
Salah satu pesan terindah dalam al-Qur’an soal toleransi adalah dalam surat al-An’am ayat 108. Di ayat ini kita diminta untuk tidak menghukum keyakinan seseorang selain kepada Allah. Agar mereka tidak balas memaki dengan pengetahuan yang dangkal.
Imad Zuhair Hafidz adalah guru besar Universitas Islam Madinah, dalam tafsir al-Madinah al-Munawwaroh beliau mengatakan, di ayat ini kita diajarkan tentang jalan penuh hikmah dalam menyampaikan kebaikan, yaitu berpaling dari orang-orang yang berbeda pandangan dengan penuh adab dan sopan santun.
Dengan bersikap toleran, kita sebetulnya bisa belajar saling menghargai untuk akhirnya akan bisa menghargai keanekaragaman. Jika kita bisa mendapati semua orang menjungjung tinggi sikap toleran, setidaknya kita tidak saling bertikai maupun bersifat eksklusif.
Narasi lain soal toleransi yang sangat menarik adalah cerita yang ditulis Gwendolyn Willow Wilson dalam serial komik marvel berjudul Ms Marvel. Kisah tentang superhero muslim pertama marvel yang memiliki komik sendiri. Wilson menggambarkannya sebagai gadis keturunan pakistan-Amerika, yang mendapat kekuatannya ketika pingsan saat dikelilingi kabut terrigen. Kabut yang mengandung DNA inhuman yang diciptakan bangsa Kree yang membuat Kamala Khan mendapat kekuatan super.
Uniknya, meski Kamala atau Ms Marvel seorang muslim, namun komiknya tidak terlalu bernuansa Islami. Karena tujuan hebat dari diciptakannya Ms Marvel adalah sebagai jembatan toleransi bagi semua pembacanya. Pembaca tidak merasa digurui, namun diajak untuk melihat betapa damai dan tolerannya para pemeluk Islam.
Kelompok muslim dalam Ms Marvel digambarkan sangat menjungjung tinggi sikap toleran. Mereka bisa bergaul secara damai dan kooperatif. Bisa saling mengakui hak-hak orang lain untuk bebas memilih, saling memberi ruang yang sesuai antara satu sama lain.
Para pembaca yang berbeda keyakinan tidak dipaksa untuk mengenal Islam, tidak dihakimi secara verbal. Mereka disajikan pengalaman yang berbeda, tentang perbedaan, tendang keyakinan. Mereka bebas menilai.
Indonesia butuh pemimpin toleran
Indonesia adalah negara dengan beragam suku, bermacam bahasa, berbeda secara agama maupun pilihan politik. Membuat toleransi menjadi sangat penting untuk dijaga dan dipraktikan.
Apalagi dalam situasi politik yang sudah memanas seperti saat ini. Situasinya memperlihatkan kesan yang kurang baik. Terutama di ruang-ruang digital. Terlalu berisik dan sarkastik.
Ruang-ruang digital dipenuhi oleh narasi yang bernada desakkan kepada keyakinan dan pilihan politik tertentu. Melahirkan tirani di media sosial. Sedikit saja berbeda dengan mereka, maka berisiaplah untuk diserang, dibully dan dibuat seolah kita peselancar yang dungu.
Kondisi yang menyedihkan ini seakan memperkuat survei Digital Civility Index [DCI] dari Microsoft, yang mengukur tingkat kesopanan digital pengguna internet di dunia saat berkomunikasi. Hasilnya, netizen kita mendapatkan rapor merah.
Indonesia sebagai negara yang kaya akan keragaman budaya, suku, bahasa dan agama memerlukan pemimpin yang mampu memberi keteladanan dalam toleransi. Untuk membawa bangsa ini ke arah kemajuan dan keberlanjutan.
Pemimpin yang mampu menghargai perbedaan dan mempromosikan inklusivitas. Dengan mengakui dan menghormati hak setiap warga negara untuk beragama dan berpendapat, seorang pemimpin dapat menciptakan lingkungan yang harmonis dan damai.
Toleransi juga menciptakan iklim yang kondusif untuk perkembangan ekonomi dan sosial. Dalam suasana yang menghargai perbedaan, masyarakat merasa lebih aman dan termotivasi untuk berkontribusi pada pembangunan negara. Keberagaman budaya dan ide-ide yang bervariasi dapat menjadi sumber inovasi dan keunggulan kompetitif.
Pemimpin yang toleran juga mampu mengelola konflik dengan bijak. Dalam situasi yang penuh tantangan, kemampuan untuk mendengarkan, memahami, dan mencari solusi bersama menjadi kunci untuk mempertahankan stabilitas dan kedamaian.
Sebagai negara demokratis, pemilihan pemimpin yang mempromosikan nilai-nilai toleransi sangat penting. Pemimpin yang dapat mewakili semua lapisan masyarakat, tanpa memandang perbedaan, akan membawa Indonesia ke arah yang lebih baik.
Selain itu, pemimpin yang toleran juga dapat memainkan peran penting dalam diplomasi internasional. Indonesia, sebagai negara yang aktif dalam forum internasional, dapat membangun citra yang positif melalui sikap terbuka dan toleran terhadap berbagai negara dan budaya. Seperti Prabowo Subianto.
Dengan memilih pemimpin yang toleran, Indonesia dapat membuktikan bahwa keberagaman bukanlah hambatan, melainkan kekuatan yang dapat memajukan negara ini. Toleransi adalah pondasi bagi keadilan, perdamaian, dan kemakmuran bersama. Oleh karena itu, saat memilih pemimpin, mari bersama-sama memilih mereka yang memiliki tekad untuk memelihara dan meningkatkan nilai toleransi.