Jika ingin menjadi negara maju ada sejumlah kriteria dan indikator. Jika belum mencapai kriteria itu setidaknya kita harus bergerak ke arah sana. Negara yang belum mencapai tahap negara maju, tetapi memiliki perekonomian yang baik dan hasil ekspor yang signifikan, disebut sebagai negara industri baru.
Ada beberapa ciri negara maju meliputi pendapatan per kapita yang tinggi, keamanan terjamin, fasilitas kesehatan memadai, tingkat pengangguran rendah, menguasai sains dan teknologi dan ekspornya lebih tinggi dari impor. Dan contoh paling relevan bagaimana sebuah negara bergerak menuju kriteria itu saat ini adalah Tiongkok.
Tiongkok, sebagai negara terkemuka dalam hasil industri, memiliki peran yang signifikan dalam perekonomian global. Pada tahun 2023, Tiongkok tidak hanya menyumbang 28,4% dari total output manufaktur dunia, tetapi juga memberikan kontribusi hampir USD 4 triliun. Maka boleh dikata kawan dan lawan membutuhkan Tiongkok sebagai mitra strategis. Jika ekonomi Negeri Tirai Bambu terguncang, dunia pasti ikut merasakannya.
Namun, keberhasilan industri Tiongkok tidak hanya bergantung pada faktor seperti biaya tenaga kerja yang rendah, praktik mata uang yang kompetitif, dan kurangnya kepatuhan terhadap peraturan. Melalui strategi “Made in China 2025”, Tiongkok telah menetapkan tujuan ambisius untuk memajukan sektor industri dengan memasuki Revolusi Industri 4.0. Fokus strategi ini meliputi inovasi, kualitas, green manufacturing, modernisasi, dan keterbukaan.
Selain Tiongkok, beberapa negara lain juga memiliki hasil industri yang tinggi, seperti Amerika Serikat, Jepang, Jerman, India, Korea Selatan, dan Italia. Negara-negara ini memiliki ciri-ciri negara maju, termasuk pendapatan per kapita yang tinggi, keamanan terjamin, fasilitas kesehatan memadai, tingkat pengangguran rendah, penguasaan sains dan teknologi, serta ekspor yang lebih tinggi dari impor. Namun, ada juga negara industri baru yang belum mencapai tahap negara maju tetapi memiliki perekonomian yang baik dan hasil ekspor yang signifikan.
Tiongkok telah mencapai berbagai keberhasilan dalam implementasi strategi industri, seperti pembukaan peluang pasar bagi produsen lokal, pendirian kawasan khusus Riset dan Pengembangan (R&D), serta penciptaan Free Trade Zone (FTZ). Negara-negara seperti Vietnam, Indonesia, dan Malaysia juga memiliki strategi industri yang unik, mulai dari orientasi ekspor hingga investasi asing.
Vietnam, misalnya, telah mencapai diversifikasi ekspor dan berhasil menarik investasi asing. Kolaborasi antara Indonesia dan Vietnam dalam pengembangan produk industri masa depan menunjukkan potensi sinergi yang besar di antara negara-negara tersebut. Di sisi lain, Malaysia menonjol dengan orientasi industri berat dan investasi asing yang kuat.
Semua ini menunjukkan bahwa kolaborasi dan strategi industri yang tepat dapat memperkuat posisi suatu negara dalam perekonomian global. Tiongkok dan negara-negara lainnya telah membuktikan bahwa dengan fokus pada inovasi, kualitas, dan kerjasama internasional, mereka dapat menjadi kekuatan yang lebih besar dalam industri global. Dengan demikian, strategi industri tidak hanya menjadi alat untuk mencapai pertumbuhan ekonomi, tetapi juga sarana untuk memperkuat hubungan antarnegara dan menciptakan dampak positif yang lebih besar bagi masyarakat global secara keseluruhan.