DI BALIK raungan sirine peringatan dan dentuman dari ratusan drone dan rudal kiriman Iran di Langit Israel akhir pekan lalu, Sabtu [13/4/2024], terselip pertanyaan kecil yang sebetulnya menggambarkan perang dunia sesungguhnya saat ini.
“Kenapa, Iran yang katanya bakal membalas serangan Israel dengan serangan yang lebih hebat hanya mengirim 170 drone, 30 rudal jelajah, dan 110 rudal balistik?”
Sebelum menjawab pertanyaan ini, sepertinya kita perlu menyingkirkan dulu imajinasi kita tentang perang dengan adegan tembak-menembak atau dentuman rudal.
Karena banyak negara sudah ragu jika kemenangan bisa diraih dengan perang fisik secara singkat. Alih-alih mereka malah bisa babak belur serta merusak kondisi ekonomi dan politik dalam negeri.
Apalagi, dunia sedang larut dalam persaingan sengit untuk mengembangkan teknologi kecerdasan buatan atau AI. Inilah Perang Baru yang lebih dahsyat!
Di Amerika Serikat, pusat inovasi seperti Silicon Valley menjadi motor utama pengembangan AI. Perusahaan raksasa teknologi seperti Google, Amazon, dan Microsoft bersaing untuk menghasilkan teknologi AI tercanggih!
Tidak mau kalah, Tiongkok telah meluncurkan inisiatif besar-besaran untuk menekankan pentingnya AI mendorong pertumbuhan ekonomi.
Uni Eropa juga tidak tinggal diam. Mereka menempatkan fokus pada etika AI dan regulasi ketat buat melindungi privasi dan keamanan data.
Terbaru, Presiden Korea Selatan Yoon Suk Yeol mengatakan negaranya akan berinvestasi 9,4 triliun Won atau setara 111 triliun rupiah lebih pada 2027 untuk mengembangkan AI.
Kebijakan Korsel ini muncul untuk mengimbangi negara seperti AS, China, Jepang, dan Taiwan yang juga tengah memperkuat rantai pasokan semikonduktor di negara mereka.
Sejarah menunjukkan bahwa negara yang menguasai teknologi kunci bisa meraup keuntungan besar. Sekarang, giliran teknologi AI yang mendorong gelombang baru dalam siklus ekonomi global.
Ai tidak hanya dipandang sebagi kemajuan teknologi, melainkan akar tumbuh kembangnya inovasi dan ekonomi dunia masa depan.
Negara-negara yang berhasil menguasai teknologi AI akan menguasai tatanan dunia baru, berpengaruh besar memformulasikan kebijakan global, mengendalikan ekonomi dan menentukan masa depan dunia.
“Ai adalah simbol kekuatan dan pengaruh.”
Jadi, terjawab sudah soal pertanyaan di atas bahwa banyak negara di dunia termasuk Iran sesungguhnya sudah mulai sadar bahwa perang fisik sudah tidak lagi jadi prioritas penyelesaian konflik.
Bagaimana dengan Indonesia? Sudahkan kita ambil bagian dari upaya ini, atau masih menjadi pendukung imajinasi tentang perang dengan adegan tembak-menembak dan dentuman bom?
Indonesia sebetulnya sudah menunjukkan komitmen yang kuat dalam mengembangkan kecerdasan buatan, sebagai bagian dari visi untuk menjaga negara yang berdaya saing di era digital. Beragam upaya sudah dilakukan pemerintah, lembaga riset, universitas, dan industri untuk memperkuat ekosistem Ai di Indonesia.
Dari sisi kebijakan dan regulasi, pemerintah telah mengeluarkan kebijakan dan regulasi yang mendukung pengembangan AI, termasuk Rencana Aksi Nasional Pengembangan Ai yang dikeluarkan Kemenkominfo. Regulasi ini bertujuan mendorong inovasi, adopsi, dan penggunaan teknologi Ai di berbagai sektor.
Pemerintah dan swasta juga telah meningkatkan investasi dalam riset dan pengembangan Ai. Lembaga riset seperti BRIN dan ITB juga aktif melakukan penelitian AI buat beragam aplikasi, termasuk kesehatan, pertanian, dan transportasi.
Soal pendidikan dan pelatihan di bidang Ai juga sudah banyak dilakukan di berbagai universitas dan lembaga pendidikan di Indonesia. Ini termasuk program sarjana dan magister Ai serta pelatihan singkat buat profesional yang ingin meningkatkan keterampilan mereka dalam pengembangan Ai.
Terakhir, soal ekosistemnya. Pemerintah Indonesia telah memberikan dukungan bagi ekosistem startup teknologi, termasuk yang fokus pada pengembangan Ai. Program akselerator, insentif pajak, dan pendanaan risiko telah diperkenalkan buat mendorong pertumbuhan startup Ai di Indonesia.
Meski banyak tantangan yang perlu diatasi, seperti keterbatasan infrastruktur digital dan kekurangan tenaga ahli Ai, upaya yang dilakukan Indonesia punya potensi besar untuk memajukan inovasi dan pertumbuhan ekonomi di masa depan. Kuncinya ada dikolaborasi antara pemerintah, lembaga riset, universitas, dan industri. Jika tidak, bangsa Indonesia kembali akan menjadi pihak yang hanya menonton kemajuan bangsa lain.