- Perum DAMRI mengajukan Penyertaan Modal Negara (PMN) sebesar Rp1 triliun untuk peremajaan 384 bus diesel angkutan perintis dan penyediaan 100 bus listrik Transjakarta beserta infrastruktur listriknya.
- Dari total PMN, Rp490 miliar akan digunakan untuk meremajakan 384 bus diesel yang dibuat pada tahun 2014-2015, dan Rp510 miliar akan dialokasikan untuk penyediaan 100 bus listrik yang mencakup 34 persen dari seluruh armada bus Transjakarta.
- PMN diperlukan karena rata-rata usia armada angkutan perintis sudah lebih dari tujuh tahun dengan kualitas bus yang menurun akibat medan berat, serta usia bus angkutan perkotaan yang mendekati batas usia maksimal operasi di Jakarta yaitu 10 tahun.
KESEHARIAN operasi bus listrik Transjakarta menghadirkan pemandangan modern yang selaras dengan semangat ramah lingkungan. Setiap pagi, bus-bus ini siap melayani penumpang dengan efisiensi tinggi, meluncur di jalanan ibu kota tanpa suara bising mesin diesel. Dibekali teknologi canggih, bus listrik ini menawarkan kenyamanan maksimal melalui kabin yang lebih tenang dan bebas polusi. Di setiap halte, penumpang dengan mudah naik dan turun, menikmati perjalanan yang lebih halus dan stabil. Pengisian daya dilakukan di depot-depot khusus yang dilengkapi infrastruktur listrik mumpuni, memastikan setiap bus siap beroperasi sepanjang hari tanpa gangguan. Operasi bus listrik ini bukan hanya tentang efisiensi transportasi, tetapi juga tentang komitmen kuat terhadap kelestarian lingkungan kota Jakarta.
Dalam upaya mendukung keberlanjutan operasional ini, Perum DAMRI mengajukan Penyertaan Modal Negara (PMN) 2025 sebesar Rp1 triliun. Dana ini direncanakan untuk peremajaan bus dan penyediaan bus listrik Transjakarta. Direktur Utama Perum DAMRI, Setia N Milatia Moemin, mengungkapkan bahwa dana tersebut akan dialokasikan untuk peremajaan 384 bus diesel angkutan perintis serta penyediaan 100 bus listrik dan infrastruktur listriknya.
Setia menjelaskan bahwa dari total PMN yang diajukan, Rp490 miliar akan digunakan untuk meremajakan 384 bus diesel angkutan perintis yang dibuat pada tahun 2014-2015. Sementara itu, Rp510 miliar lainnya akan dialokasikan untuk penyediaan 100 bus listrik dan infrastruktur listrik yang akan mendukung 34 persen dari seluruh armada bus Transjakarta.
Pada Rapat Dengar Pendapat (RDP) bersama Komisi VI DPR RI di Jakarta, Selasa (9/7/2024), Setia menegaskan pentingnya PMN ini dengan menyatakan bahwa rata-rata usia armada angkutan perintis telah lebih dari tujuh tahun dan kualitas bus sudah menurun akibat kondisi medan yang berat. Untuk angkutan perkotaan, usia bus yang beroperasi saat ini juga mendekati batas usia maksimal yang diizinkan, yaitu 10 tahun.
Setia juga menyebut bahwa ekuitas perusahaan belum cukup untuk berinvestasi dalam penggantian alat produksi bus. Oleh karena itu, Perum DAMRI berharap mendapatkan suntikan PMN dari pemerintah untuk melakukan peremajaan angkutan perintis.
Lebih lanjut, Setia memaparkan bahwa saat ini 18 persen bus berusia di bawah tujuh tahun, 60 persen bus berusia tujuh sampai 12 tahun, 20 persen bus berusia 13 sampai 18 tahun, dan dua persen bus berusia 19 tahun. Kondisi ini menunjukkan urgensi dari pengajuan PMN tersebut untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas layanan transportasi yang diberikan oleh Perum DAMRI.
